Agam mengatakan bahwa kegiatan menerbangkan balon telah menjadi tradisi masyarakat di Wonosobo, khususnya ketika Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan ini, lanjutnya, memiliki makna keindahan dan perayaan.
"Selama H+1 sampai H+7 (Lebaran), langit Wonosobo penuh dengan balon," katanya.
Baca juga: 4 Fakta Cappadocia, Tak Sekadar Tempat Wisata Balon Udara
Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2018 ada sekitar 1.500 perajin balon di Wonosobo. Siapa pun boleh menerbangkan balon, tapi sejauh ini kebanyakan per desa.
Dana untuk membuat balon biasanya berdasarkan urunan seikhlasnya per kepala keluarga. Ada pula bantuan berupa konsumsi.
"Per desa pun ada empat sampai lima kelompok karena memang semakin ke sini semakin ditujukan untuk kreativitas. Kita waktu Lebaran (saling) bagus-bagusan balon, semacam kompetisi tapi tidak langsung," ujarnya.
Baca juga: Intip Isi Space Perspective, Balon untuk Wisata Luar Angkasa Pada 2024
Adapun menerbangkan balon juga tidak boleh sembarangan. Terdapat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2018 tentang Penggunaan Balon Udara Pada Kegiatan Budaya Masyarakat.
Salah satu aturannya adalah, penggunaan balon udara pada kegiatan budaya masyarakat wajib ditambatkan.
Baca juga: Wisata Balon Udara Mesir Dihentikan Sementara Akibat Ada Turis Terluka
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.