Pada tahun ini, bandara-bandara AS mulai menerapkan program PreCheck bagi wisatawan yang ingin melalui pemeriksaan keamanan lebih cepat dan singkat. Syaratnya, mereka bersedia membayar dan menjalani pemeriksaan latar belakang yang lebih rinci.
Melalui pemeriksaan latar belakang detail ini, TSA akan menyusun penilaian risiko terhadap penumpang sebelum kedatangan di pos pemeriksaan bandara.
Baca juga: Tragedi 9/11 Ubah Dunia Penerbangan, Langgar Privasi Berdalih Proteksi
PreCheck memeriksa informasi dasar seperti riwayat pekerjaan dan tempat tinggal penumpang, seperti dikutip dari AP News, Minggu. Mereka juga harus memberikan sidik jari dan menyetujui pemeriksaan catatan kriminal.
Seseorang dapat membayar 85 dollar AS (sekitar Rp 1,2 juta) untuk keanggotaan selama lima tahun. Hal itu membuat mereka bisa melewati jalur keamanan yang lebih singkat, tidak lagi harus melepas sepatu dan ikat pinggang.
Tahun 2017, pemerintahan Presiden Donald Trump melarang pelancong dari negara tertentu membawa laptop, tablet, dan perangkat elektronik besar lainnya ke dalam kabin dalam penerbangan komersial ke Amerika Serikat.
Sekretaris keamanan dalam negeri saat itu, John Kelly, mengatakan alasannya karena badan intelijen mengindikasikan adanya teroris yang sedang mengembangkan bom untuk menjatuhkan pesawat dan bisa disembunyikan di dalam perangkat tersebut.
Namun, tak lama diterapkan, larangan membawa laptop dicabut pada Juli 2017.
Baca juga: 5 Perilaku Penumpang Pesawat yang Dibenci Pramugari
Pada Juni 2017, beberapa maskapai bekerja sama dengan TSA, memulai uji coba perangkat lunak rekognisi wajah yang memungkinkan wajah penumpang menjadi boarding pass mereka.
Sistem mengambil foto dan mencocokkannya dengan yang ada di file maskapai, mempercepat proses penyaringan penumpang. Selain itu, karena pengguna sistem harus terdaftar dalam federal government's known-traveler program (program pelancong dari pemerintah federal), hal ini memberikan lapisan keamanan ekstra.
Baca juga: 5 Tips Kurangi Risiko Bagasi Hilang Saat Naik Pesawat
Namun, dari segi metode penyaringan biometrik lainnya, hal ini memang menimbulkan masalah privasi karena pemerintah bisa melacak keberadaan penumpang di dalam dan luar negeri.
Beberapa tahun terakhir ini, menurut NPR, belum ada aturan lain yang diketatkan. Kendati demikian, selalu ada ruang pengembangan dari segi pengawasan, petugas, maupun teknologi.
Baca juga: Jangan Sembarang Selfie di Bandara, Ada Area yang Dilarang
Sebab, wakil direktur keamanan federal TSA, Louis Traverzo mengatakan, keamanan penerbangan harus terus berkembang untuk mengatasi ancaman yang terus berubah.
"Orang-orang sangkat kreatif. Ancamannya (juga) semakin kreatif," kata Louis Traverzo.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.