Bicara soal ‘nggak mau rugi’, Gen Z sangat peduli dengan anggaran saat mereka traveling.
Mereka memiliki beberapa kekhawatiran besar ketika akan melakukan perjalanan; dua dari kekhawatiran tersebut adalah harga perjalanan dan akomodasi.
Bahkan, jika memungkinkan, mereka juga tidak masalah kalau harus tinggal sementara bersama sanak saudara, kerabat, atau teman untuk menghemat biaya.
Kepedulian pada uang ini kemudian membuat para Gen Z jadi ‘kreatif’ ketika memilih akomodasi atau tempat menginap.
Sebagian dari mereka tidak masalah jika harus backpacking dengan menggelar tenda atau menyewa kamar kos-kosan.
Selama masih bisa healing dengan traveling, semua cara akan mereka lalui.
Destinasi traveling seperti apa yang disukai oleh Gen Z?
Ternyata para Gen Z sangat menyukai pantai. Pantai dianggap sebagai tempat paling nikmat untuk healing dan bersantai. Memulihkan diri dari kepenatan rutinitas, serta bersantai dari hiruk pikuk perkotaan.
Meskipun Gen Z sangat suka dengan pantai, ternyata pantai bukanlah tujuan traveling utama. Mayoritas anak muda ternyata melakukan perjalanan untuk mengunjungi kerabat dan keluarga.
Maka wajar jika banyak Gen Z yang merasa bahwa traveling ke luar kota itu untuk menemui kerabat dan keluarga.
Di luar dari pantai dan kegiatan keluarga, Gen Z sangat menyukai kegiatan yang kaya dengan budaya. Jika mereka berkunjung ke sebuah destinasi atau tempat wisata, mereka ingin mempelajari dan merasakan budaya lokal.
Terjebak dan terisolasi selama masa pandemi membuat para anak muda ini lebih ingin merasakan dan terkoneksi dengan dunia luar.
Koneksi ini mereka cari dengan hal-hal yang dekat dengan masyarakat dan manusia lainnya; budaya adalah salah satu koneksi terdekat di mana mereka bisa bersentuhan dengan manusia lain sambil merasakan pengalaman atau mempelajari hal yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.