Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Tempat Wisata Sejarah di Bangka Selatan, Jelajahi Benteng

Kompas.com - 25/10/2022, 07:02 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Bagi pencinta sejarah, mengunjungi tempat-tempat yang menyimpan jejak masa lalu bisa memberikan keseruan tersendiri.

Jika kamu salah satunya, mengunjungi beberapa tempat wisata sejarah saat tengah berada di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bisa jadi pilihan.

Baca juga: 8 Pantai Cantik di Bangka Selatan, Air Lautnya Masih Jernih

Berikut sejumlah tempat wisata sejarah di Bangka Selatan yang dapat kamu kunjungi.

Tempat wisata sejarah di Bangka Selatan

1. Mercusuar Pulau Besar

Di Pulau Besar terdapat sebuah mercusuar setinggi 72 meter di atas permukaan laut (mdpl) berdiri tegak dengan lima rumah di sekelilingnya.

Dikutip dari situs Tourism Information Center (TIC) Kabupaten Bangka Selatan, rumah-rumah tersebut sudah dipugar oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 1973.

Baca juga: 9 Tempat Wisata di Bangka Tengah, Main ke Pantai dan Hutan Mangrove

Lokasi destinasi ini tepatnya berada di Desa Batu Betumpang, Kecamatan Pulau Besar, Bangka Selatan. Jaraknya cukup jauh dari pusat Kota Toboali atau sekitar 106 kilometer.

Mercusuar itu dibangun pada masa Kerajaan Belanda III atau di bawah kepemimpinan Eilliam Trie III tahun 1888, ketika periode tanam paksa.

Ketika itu, mercusuar tersebut dikenal sebagai rambu lalu lintas kapal laut karena posisi provinsi tersebut yang strategis, yakni ada di jalur utama lalu lintas kapal, serta penghubung laut Jawa dengan Selat Malaka dan Karimata, yakni bagian dari jalur Sutra.

Saat air laut sedang surut, mercusur di Pantai Besar bisa dicapai dengan berkalan kaki sekitar 200 meter dari bibir pantai.

2. Benteng Toboali

Benteng Toboali, Bangka Selatan.SHUTTERSTOCK/ARIE PRABOWO Benteng Toboali, Bangka Selatan.

Lokasi Benteng Toboali berada di Desa Tanjung Ketapang atau sekitar 1,5 kilometer saja dari pusat kota Toboali.

Benteng ini didorong menjadi salah satu destinasi unggulan Bangka Belitung.

Dikutip dari Kompas.com (29/09/2022), benteng yang diperkirakan dibangun tahun 1757 itu berdiri di atas perbukitan setinggi sekitar 12 meter. Benteng Toboali disebut dibangun untuk mengamankan pertimbangan timah ketika itu.

Banyak orang-orang Bangka dan etnis Tionghoa menyebutnya dengan nama Sabang atau Tanjung Sabang.

Baca juga: 6 Aktivitas di Pantai Tikus Emas Bangka, Paint Ball hingga Berkuda

Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan,  pembangunan benteng dilakukan atas perintah Sultan Ahmad Najamuddin I.

Letak benteng disebut sangat strategis kala itu. Sebab, lokasinya berada di tanjung A Map of the Island of Banca by MH Court (1821), dalam peta Inggris.

Di benteng ini, menurut situs TIC Bangka Selatan, pengunjung bisa menikmati panorama Kota Toboali dan keindahan Pantai Nek Aji.

 

3. Benteng Penutuk

Lokasinya ada di Desa Penutuk, Kecamatan Lepar, Bangka Selatan.

Dahulu kala, Penutuk populer dengan tiga meriamnya yang digunakan kolonial dalam perang zaman penjajahan.

Baca juga: Lebih dari 71.000 Wisatawan Kunjungi Bangka hingga September 2022

Salah satunya masih berada di Bukit Penyengat yang rindang karena dipenuhi pepohonan.

Dulu, meriam seperti yang berada di Bukit Penyengat dipakai dalam pertempuran laut dan diletakkan di atas kereta kayu agar mudah dipindahkan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

4. Klenteng Dewi Sin Mu

Klenteng Dewi Sin Mu di Bangka Selatan.WEBSITE RESMI KABUPATEN BANGKA SELATAN Klenteng Dewi Sin Mu di Bangka Selatan.

Klenteng ini berlokasi di Desa Tanjung Ketapang atau hanya sekitar 1,5 kilometer dari pusat Kota Toboali. Tepatnya tak jauh dari Benteng Toboali.

Dikutip dari Direktori Pariwisata yang dikelola Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Klenteng Dewi Sin Mu diperkirakan dibangun tahun 1800-an dan masih kokoh hingga kini.

Baca juga: Tradisi Murok Jerami Jadi Agenda Wisata Tahunan di Bangka Tengah

Menurut situs TIC Bangka Selatan, bangunan klenteng masih asli hingga kini. Renovasi yang dilakukan hanya pada bagian lantai, yang kini menggunakan keramik sementara sebelumnya merupakan lantai tanah liat.

Dengan berkunjung ke destinasi ini, pengunjung bisa menggali cerita sejarah pembangunan Klenteng dengan mereka yang beraktivitas di lingkungan klenteng, termasuk toleransi antar-umat dan etnis yang sudah dipupuk sedari dulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com