PALEMBANG, KOMPAS.com - Bicara soal Palembang tak terlepas dari warisan budayanya, yakni songket.
Mengutip situs Direktorat Warisan Budaya dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, istilah "songket" ada sejak awal abad ke-19.
Sebelumnya, masyarakat menyebutnya kain dengan benang emas karena terbuat dari benang emas.
Baca juga: Asal Usul Songket yang Masuk Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
Dikutip dari Kompas.com (21/12/2021), Kurator Songket Museum Nasional Khusna Rizqika menjelaskan bahwa menurut UNESCO, secara harfiah istilah songket secara umum mengacu pada teknik tenun dekoratif yang digunakan untuk membuat kain, serta melibatkan penyisipan benang di antara benang dasar.
Hasilnya, benang tambahan pun tampak melayang di atas benang latar dan membentuk anyaman warna-warni untuk menciptakan efek ornamen.
"Songket itu teknik membuat motif pada kain dengan menambahkan benang pada saat menenun. Berawal dari kata menyungkit atau menambahkan benang saat menenun kainnya," kata Khusna kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2021).
Baca juga: Itinerary Seharian di Palembang, Eksplorasi Kawasan Jembatan Ampera
Adapun secara spesifik untuk songket palembang, desainer sekaligus pemilik Rumah Songket Adis, Adis Karim menjelaskan, setiap motif songket memiliki arti.
Bahkan, pada zaman dahulu ada kasta di balik setiap motif songket.
"Setiap motif punya arti," ucapnya saat ditemui tim Merapah Trans-Sumatra 2022 Kompas.com di butiknya di Palembang, belum lama ini.
Menurut Adis, motif kain songket yang paling sering diangkat adalah motif lepus, dengan benang emas yang relatif lebih penuh.
Motif lepus pun masih memiliki beberapa pembagian, seperti bintang berante, naga besaung, dan nampan perak.
Baca juga: 6 Area Wisata di Jembatan Ampera Palembang, Mampir Warung Terapung
Dulu, terang Adis, motif-motif tersebut digunakan oleh orang-orang berbeda dalam pernikahan.
"Mama-papa, pendamping pasti pajaj motif bintang berante karena bentuknya berantai artinya menyatukan dua keluarga menjadi satu," tuturnya.
Sementara pengantin, lanjut dia, menggunakan motif lepus naga besaung yang merupakan simbol penyatuan dua orang dalam satu rumah tangga.
Baca juga: 6 Oleh-oleh Serba Gurih Khas Palembang, Ada Kemplang
Lebih lanjut, menurut situs Kemendikbud, songket palembang dikelompokkan menjadi lima jenis kain.
Pembagian dilakukan berdasarkan benang emas dan motif yang digunakan.
Baca juga: Merasakan Sensasi Santap Pempek di Warung Apung Palembang
Pembagian lima jenis kain itu, yakni:
Baca juga: 25 Tempat Wisata di Palembang, Cocok untuk Liburan
Dalam memadukan motif songket, kata Adis, tantangannya tidak hanya dari segi kerumitan pembuatan tetapi juga bagaimana mengombinasikan motif yang tepat sehingga memberikan makna yang terbaik.
Ia menunjukkan sebuah kain yang memadukan motif ombak, umpak, rebung, dan tawung.
"Motif yang pengerjaannya lebih sulit. Ada tatanannya. Ombak, umpak, rebung, tawung. Pada saat pertama kali kita ambilnya rebung rebung pinggiran."
"Rebung artinya seperti bambu, seperti kehidupan makin lama makin tinggi. Melambangkan kesuksesan. Kami berharap pada saat kami jadikan baju, orang-orang yang memakai akan bisa menggapai kesuksesannya," ucap Adis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram