Rangkaian selanjutnya adalah Hari Penyajan yang bermakna filosofis memantapkan diri sebelum perayaan Hari Raya Galungan.
Menurut kepercayaan umat Hindu, pada Hari Penyajan umat akan digoda oleh sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri mereka menuju Galungan.
Hari Penyajan jatuh pada Senin pon wuku Dungulan.
“Hari Senin Dungulan disebut Penyajaan, maknanya agar umat manusia menang atau jaya dalam mengendalikan dari pengaruh buruk dengan berbagai bentuk godaan,” terangnya.
Baca juga: Hari Suci Galungan, Ada Tradisi Ngejot yang Sarat Makna
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa wage wuku Dungulan. Pada hari ini, umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor, sebagai ungkapan syukur ke hadapan Tuhan.
Penjor terbuat dari batang bambu melengkung yang dipenuhi dengan hiasan.
“Hari Selasa dunggulan disebut Penampahan, maknanya umat Hindu sudah siap segalanya untuk merayakan Galungan yang jatuh pada hari selanjutnya,” imbuh I Gusti Ngurah Sudiana.
Setelah sejumlah rangkaian acara, tibalah umat Hindu pada puncak perayaan Hari Raya Galungan.
Prosesi Hari Raya Galungan dimulai dengan upacara sembahyang di rumah masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan sembahyang di pura sekitarnya.
Pada momen ini, umat Hindu banyak yang memilih pulang kampung, sehingga bisa sembahyang ke tanah kelahiran masing-masing.
Baca juga: Mengenal Hari Suci Galungan, Menangnya Kebaikan atas Kejahatan
Sehari setelah Hari Raya Galungan, umat Hindu merayakan Umanis Galungan, seperti dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Buleleng.
Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan sembahyang dan dilanjutkan dengan Dharma Santi. Kemudian, umat Hindu saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram