Selain nisan, pengunjung bisa melihat koleksi lain berupa kereta pengantar jenazah dan peti di zaman dahulu.
Lalu, ada juga peti yang digunakan oleh Presiden dan Wakil Presiden Pertama Indonesia, Soekarno dan Moh.Hatta.
Salah satu koleksi bukan nisan yang cukup menyita perhatian adalah Monumen Pecah Kulit dengan tengkorak yang tertancap di atasnya.
Baca juga: 7 Aktivitas Wisata di Museum Polri, Naik Sepeda Ontel di Mesin Waku
Monumen ini mengisahkan nasib Pieter Erberveld, keturunan Indonesia berdarah campuran Jerman dan Thailand yang dituduh melakukan pemberontakan terhadap VOC, hingga dihukum mati tahun 1722 dengan cara ditarik empat kuda ke empat arah yang berbeda.
Serta Patung Crying Lady yang menceritakan kisah pilu seorang istri yang kehilangan suaminya akibat penyakit malaria.
Meski dulunya bekas kuburan, kini tidak ada lagi jenazah yang bersemayam di bawah nisan Museum Taman Prasasti.
"Ini museum, ya. Tidak ada jenazah, sudah diangkat semua jenazahnya, makanya disebut Museum Prasasti, isinya batu-batu nisan saja," kata Yudi.
Baca juga: Panduan Lengkap ke Holeo Golf & Museum di Jakarta Barat
Semua jenazah sudah dipindahkan ke sejumlah lokasi. Ada yang diurus pihak keluarga, ada yang dipindahkan area Tanah Kusir dan Menteng Pulo Jakarta (kini Kasablanka).
"Pemindahan itu sudah selesai dilakukan dari tahun 1970-an, dan dibuka jadi museum tahun 1977 sudah tidak ada lagi jenazahnya," tutur dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.