Soe Hok Gie meninggal saat tengah mendaki Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, akibat menghirup gas beracun.
Peristiwa itu terjadi pada 16 Desember 1969, hanya berjarak satu hari sebelum hari ulang tahunnya.
Jasad Gie dikebumikan di pemakaman Menteng Pulo, sebelum dipindahkan ke pemakaman Kebon Jahe Kober yang sebetulnya diperuntukkan bagi jenazah orang-orang Belanda masa itu.
Baca juga:
Sebelum meresmikan kompleks pemakaman tersebut menjadi museum, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Ali Sadikin, memerintahkan pemindahan seluruh jenazah yang ada.
Ada yang dipindahkan ke Tanah Kusir, Menteng Pulo, serta sebagiannya diurus oleh anggota keluarga untuk dikembalikan ke kampung halaman.
Adapun jenazah Soe Hok Gie dibawa ke krematorium untuk dikremasi.
"Dulu beliau dimakamkan memang di sini, cuma ada penataan ulang, jadi tidak tahu lokasi awal nisannya di mana, sudah itu, jenazah Soe Hok Gie dikremasi," jelas Iin.
Kemudian abu jenazah Soe Hok Gie, lanjutnya, ditabur di Lembah Mandalawangi di Gunung Pangrango, Jawa Barat.
Dilaporkan oleh Kompas.com, Senin (17/12/2018), Gunung Pangrango disebut sebagai tempat favorit Soe Hok Gie untuk naik gunung.
Kekagumannya terlihat dari puisi-puisi yang ditulisnya, salah satunya berjudul "Mandalawangi-Pangrango" (1966).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.