Selanjutnya, kata Heru, ada satu perlengkapan yang sangat penting di pendakian namun masih jarang dibawa, yaitu elastic bandage atau perban elastis.
"Ini penting tapi jarang dibawa. Kalau kita terkilir, keseleo atau apa, pakai perban elastis itu tadi untuk menstabilkan cedera kita sehingga tetap bisa berjalan," ujarnya.
Sebagai informasi, elastic bandage atau perban elastis adalah pembalut yang dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis.
Baca juga: 6 Tips Camping di Gunung Wayang Lumajang, Bawa Makanan dan Minuman
Perban elastis digunakan untuk membebat daerah pergelangan dan persendian yang mengalami cedera dalam, seperti keseleo, terkilir, patah tulang, dan persendian terlepas. Selain itu, bisa juga untuk pertolongan awal saat terkena bisa ular.
"Perban elastis selain untuk menangani cedera tadi, saat kita dipagut ular di tangan, itu kan buat alat menahan. Menahan agar tidak menyebar ke yang lain," terang Heru.
Dengan perban elastis, saat seorang pendaki terkena bisa ular, akan masih bisa ditahan sekian jam. Lalu tak lupa dikendorkan per satu atau dua jam, sehingga tidak menimbulkan kefatalan.
Alat medis yang penting lainnya, kata Heru, adalah first aid kid atau obat-obatan standar untuk pertolongan pertama.
Salah satu yang terpenting adalah alkohol atau obat merah, cairan antiseptik yang digunakan untuk membersihkan luka. Obat merah dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam luka, seperti luka lecet, luka terkena benda tajam, terjatuh, keseleo, terbeset, hingga memar.
"Untuk emergency seperti alkohol, obat merah, kasa untuk membungkus luka, karena dikhawatirkan terjadi luka yang tidak ditangani bisa membusuk," kata Heru.
Baca juga: 5 Tips jika Bertemu Ular Saat Mendaki Gunung, Jangan Panik
Ia menyampaikan, pihaknya pernah mengevakuasi seorang pendaki asal jerman, yang ternyata memiliki luka yang sudah membusuk dan jadi belatung karena dibiarkan satu minggu.
"Dia enggak membawa alat medis seperti alkohol. Kami temukan masih hidup tapi banyak pembusukan dan belatung," imbuhnya.
Pendaki seringkali dihadapkan pada resiko terjadinya hipoksia saat pendakian. Hal ini terjadi saat berada di ketinggian tertentu dimana kadar oksigen di puncak gunung sangat minim.
Selain pertolongan pertama seperti berhenti mendaki, melonggarkan pakaian, turun beberapa meter untuk beristirahat, pendaki juga bisa memanfaatkan suplai oksigen melalui oksigen portable.
"Yang harus dilakukan memang istirahat sejenak, jangan memaksakan. Teman-temannya juga harus tahu, turun dulu beberapa meter, lihat seperti apa, jika kuat baru naik lagi. Tapi kalau sama saja ya jangan dipaksakan lebih baik turun," kata Heru.
Baca juga: Tarif Sewa Kuda ke Kawah Gunung Bromo, Tak Perlu Jalan Jauh
Ia melanjutkan, oksigen portable dapat juga dimanfaatkan jika memang dibawa. Namun, pertolongan pertama tadi sudah harus menjadi hal standar yang diketahui dan dilakukan oleh pendaki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.