Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Obat-obatan yang Harus Dibawa Saat Naik Gunung, Ada Perban Elastis

Kompas.com - 03/07/2023, 12:08 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

2. Perban elastis

Selanjutnya, kata Heru, ada satu perlengkapan yang sangat penting di pendakian namun masih jarang dibawa, yaitu elastic bandage atau perban elastis.

"Ini penting tapi jarang dibawa. Kalau kita terkilir, keseleo atau apa, pakai perban elastis itu tadi untuk menstabilkan cedera kita sehingga tetap bisa berjalan," ujarnya. 

Sebagai informasi, elastic bandage atau perban elastis adalah pembalut yang dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis. 

Baca juga: 6 Tips Camping di Gunung Wayang Lumajang, Bawa Makanan dan Minuman

Perban elastis digunakan untuk membebat daerah pergelangan dan persendian yang mengalami cedera dalam, seperti keseleo, terkilir, patah tulang, dan persendian terlepas. Selain itu, bisa juga untuk pertolongan awal saat terkena bisa ular. 

"Perban elastis selain untuk menangani cedera tadi, saat kita dipagut ular di tangan, itu kan buat alat menahan. Menahan agar tidak menyebar ke yang lain," terang Heru. 

Dengan perban elastis, saat seorang pendaki terkena bisa ular, akan masih bisa ditahan sekian jam. Lalu tak lupa dikendorkan per satu atau dua jam, sehingga tidak menimbulkan kefatalan. 

 3. Obat merah dan alkohol

Ilustrasi alkohol gosok, menuangkan alkohol gosok.SHUTTERSTOCK/TONG PATONG Ilustrasi alkohol gosok, menuangkan alkohol gosok.

Alat medis yang penting lainnya, kata Heru, adalah first aid kid atau obat-obatan standar untuk pertolongan pertama. 

Salah satu yang terpenting adalah alkohol atau obat merah, cairan antiseptik yang digunakan untuk membersihkan luka. Obat merah dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam luka, seperti luka lecet, luka terkena benda tajam, terjatuh, keseleo, terbeset, hingga memar.

"Untuk emergency seperti alkohol, obat merah, kasa untuk membungkus luka, karena dikhawatirkan terjadi luka yang tidak ditangani bisa membusuk," kata Heru. 

Baca juga: 5 Tips jika Bertemu Ular Saat Mendaki Gunung, Jangan Panik

Ia menyampaikan, pihaknya pernah mengevakuasi seorang pendaki asal jerman, yang ternyata memiliki luka yang sudah membusuk dan jadi belatung karena dibiarkan satu minggu. 

"Dia enggak membawa alat medis seperti alkohol. Kami temukan masih hidup tapi banyak pembusukan dan belatung," imbuhnya. 

4. Botol oksigen

Pendaki seringkali dihadapkan pada resiko terjadinya hipoksia saat pendakian. Hal ini terjadi saat berada di ketinggian tertentu dimana kadar oksigen di puncak gunung sangat minim.

Selain pertolongan pertama seperti berhenti mendaki, melonggarkan pakaian, turun beberapa meter untuk beristirahat, pendaki juga bisa memanfaatkan suplai oksigen melalui oksigen portable. 

"Yang harus dilakukan memang istirahat sejenak, jangan memaksakan. Teman-temannya juga harus tahu, turun dulu beberapa meter, lihat seperti apa, jika kuat baru naik lagi. Tapi kalau sama saja ya jangan dipaksakan lebih baik turun," kata Heru. 

Baca juga: Tarif Sewa Kuda ke Kawah Gunung Bromo, Tak Perlu Jalan Jauh

Ia melanjutkan, oksigen portable dapat juga dimanfaatkan jika memang dibawa. Namun, pertolongan pertama tadi sudah harus menjadi hal standar yang diketahui dan dilakukan oleh pendaki. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com