Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Tips Wisata Saat Tingkat Polusi Tinggi, Tetap Pakai Masker

Kompas.com - 10/08/2023, 18:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena tingkat polusi tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) tengah menyita perhatian publik. Buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya, dibuktikan oleh berbagai data dari perusahaan kualitas udara berbasis teknologi, seperti Nafas Indonesia dan IQAir.

Dengan buruknya kualitas udara tersebut, ada sejumlah hal yang perlu dilakukan masyarakat saat beraktivitas di luar ruangan alias outdoor, termasuk saat wisata.

Baca juga:

Polusi Jabodetabek lampaui batas aman WHO 

Ilustrasi polusi udara terlihat di langit Ibu Kota Jakarta.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Ilustrasi polusi udara terlihat di langit Ibu Kota Jakarta.

Perusahaan kualitas udara berbasis teknologi, Nafas Indonesia, mengungkapkan buruknya polusi udara di Jabodetabek sudah melampaui 12 kali batas aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Berdasarkan laporan Nafas Indonesia pada Juli 2023, polusi udara di Jakarta rata-rata adalah 47 µg/m3. Padahal, anjuran WHO adalah 5 µg/m3.

Ukuran polusi udara tersebut berdasarkan tingkat polutan Particulate Matter 2.5 (PM2.5) yang mencemari udara. PM2.5 adalah partikel padat polusi udara berukuran mikro, kurang dari 2,5 mikrometer atau 36 kali lebih kecil dari diameter sebutir pasir, yang diukur dalam satuan µg/m3.

Baca juga:

PM2.5 berbahaya bagi tubuh lantaran ukurannya yang sangat kecil membuat partikel polusi ini tidak dapat disaring oleh tubuh.

Selain Jakarta, kota-kota di sekitarnya pun tidak kalah memprihatinkan. Sebut saja, rata-rata polusi udara di Tangerang Selatan adalah 60 µg/m3, Bekasi 55 µg/m3, Bogor 53 µg/m3, Tangerang 52 µg/m3, dan Depok 52 µg/m3.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

 

Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena kabut polusi di Jakarta Pusat, Senin (8/7/2019). Kualitas udara di DKI Jakarta memburuk pada tahun ini dibandingkan tahun 2018. Prediksi ini berdasarkan pengukuran PM 2,5 atau partikel halus di udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena kabut polusi di Jakarta Pusat, Senin (8/7/2019). Kualitas udara di DKI Jakarta memburuk pada tahun ini dibandingkan tahun 2018. Prediksi ini berdasarkan pengukuran PM 2,5 atau partikel halus di udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).

Tips wisata saat tingkat polusi tinggi 

Berikut tips wisata di tengah tingkat polusi tinggi yang menyelimuti ibu kota dan wilayah sekitarnya.

1. Pakai masker 

Ilustrasi masker medis
shutterstock Ilustrasi masker medis

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), sangat menganjurkan warga Jabodetabek yang hendak beraktivitas di luar rumah, untuk mengenakan masker. Termasuk saat bepergian ke obyek wisata.

“Tipsnya, pakai masker kalau keluar rumah, terutama bagi yang punya penyakit asma, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), atau alergi debu,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (10/8/2023).

Melalui unggahan Twitter, Erlina menjelaskan PM2.5 adalah partikel berbahaya, karena sangat mudah masuk ke dalam sistem pernafasan. PM 2.5 ini, tidak tersaring pada sistem pernapasan bagian atas, dan langsung menempel pada gelembung paru, sehingga sangat berbahaya.

“Yang jelas partikel ini ada di polusi asap dari mobil, angkot, bus, motor, pabrik, dan lain-lain, yang warga Jakarta hadapi sehari-hari. Saran saya, sekali lagi. Pakailah masker, demi kesehatan kita, khususnya paru-paru,” tulis dalam unggahan Twitter dikutip Kompas.com.

Baca juga:

2. Cek kualitas udara 

Erlina juga menganjurkan masyarakat Jabodetabek untuk senantiasa mengecek kualitas udara sebelum berwisata.

“Untuk lokasi Jabodetabek, mohon lihat parameter pengukuran polusi yang biasanya disediakan oleh pemerintah daerah setempat. Bandingkan angkanya dengan skala normal,” tuturnya.

Masyarakat juga bisa mengecek kualitas udara secara mandiri melalui berbagai aplikasi. Mengutip Kompas.com (10/7/2023), sejumlah aplikasi untuk mengecek kualitas udara antara lain, nafas, IQAir, AirVisual, Plume Labs, Air Matters, Air Care, dan sebagainya.

3. Rekreasi di dalam rumah 

Respons penonton televisi terhadap iklan berbeda-beda, tergantung banyak faktor.Shutterstock/Hananeko_Studio Respons penonton televisi terhadap iklan berbeda-beda, tergantung banyak faktor.

Nah, setelah mengecek kualitas udara di wilayah sekitar, maka masyarakat bisa mengetahui tingkat polusi saat itu.

Jika tingkat polusi tinggi, Erlina menyarankan masyarakat untuk tidak beraktivitas di outdoor, termasuk wisata di ruang terbuka.

“Kalau kondisi polusi sedang dalam kategori bahaya, maka jangan aktivitas outdoor dulu,” ujarnya.

Sebagai alternatif, masyarakat bisa melakukan beragam kegiatan rekreasi di dalam rumah. Misalnya, menonton film, membaca buku, memasak, berkebun di pekarang rumah, dan sebagainya.

4. Pilih wisata indoor 

Pameran ‘Somewhere, Elsewhere, Nowhere’ berlangsung dari 24 Juni hingga 8 Oktober 2023 di Museum MACAN.KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Pameran ‘Somewhere, Elsewhere, Nowhere’ berlangsung dari 24 Juni hingga 8 Oktober 2023 di Museum MACAN.

Apabila masyarakat ingin tetap berwisata saat kualitas udara buruk, maka sebaiknya memilih obyek wisata indoor, seperti museum.

Kompas.com merangkum beberapa pilihan tempat wisata indoor di Jakarta, seperti MoJA Museum, Museum MACAN, Jakarta Aquarium & Safari, Seaworld Ancol, Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, dan sebagainya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com