Sesuai namanya, koleksi museum ini berupa lukisan dan karya seni berupa keramik. Pengunjung dapat menemukan lukisan dari pelukis legendaris dari berbagai aliran.
Sebut saja, lukisan-lulisan karya Hendra Gunawan, Raden Saleh, Affandi, dan sebagainya. Museum Seni Rupa dan Keramik juga menawarkan sesi belajar membuat keramik dari tanah liat.
Museum ini buka sejak pukul 08.00 - 17.00 setiap harinya, kecuali libur nasional dan Senin. Harga tiket masuk Museum Seni Rupa dan Keramik adalah Rp5.000 untuk dewasa, Rp3.000 untuk mahasiswa dan Rp2.000 untuk pelajar dan anak-anak.
Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki kekayaan bahari. Nah, masyarakat bisa melihat miniatur kekayaan maritim Indonesia di Museum Bahari yang berada di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Mengutip situs Mitra Museum Jakarta, kawasan ini terdiri dari dua bangunan utama yakni Museum Bahari dan Menara Syahbandar. Bangunan Museum Bahari dibangun oleh VOC, secara bertahap mulai dari 1718 hingga 1774. Bangunan museum dulunya digunakan untuk menyimpan rempah-rempah.
Pengunjung bisa melihat berbagai replika perahu di Museum Bahari, hasil rempah-rempah Tanah Air, dan sebagainya. Tiket masuk ke Museum Bahari adalah Rp 5.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk pelajar dan mahasiswa, serta Rp 2.000 untuk anak-anak.
Toko Merah adalah salah satu bangunan ikonik yang Instagramable di kawasan Kota Tua Jakarta. Lokasinya berada di Jalan Kali Besar Barat Nomor 11, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Disebut sebagai Toko Merah, karena dinding bangunan ini didominasi batu bata berwarna merah dengan sentuhan gaya khas Tionghoa, sehingga tampak mencolok dibandingkan gedung-gedung di sekitarnya.
Melansir dari Tribun Jakarta, bangunan yang didirikan pada 1700-an ini, dulunya berfungsi sebagai rumah dinas Gubernur Jenderal Belanda. Sempat berganti fungsi beberapa kali, hingga akhirnya bangunan ini diambil alih warga Tionghoa yang kemudian digunakan sebagai toko, sekitar abad ke-20.
Baca juga:
Saat berkeliling Kota Tua Jakarta, wisatawan akan menjumpai jembatan unik yang desainnya bergaya kolonial, yakni Jembatan Kota Intan. Dibangun pada 1628 pada masa kolonial, jembatan ini merupakan salah satu jembatan tertua di Indonesia.
Sebelum bernama Jembatan Kota Intan, jembatan ini telah berganti nama beberapa kali, seperti Engelse Burg (Jembatan Inggris), Hoenderpasarburg (Jembatan Pasar Ayam), dan Het Middelpunt Burg (Jembatan Pusat), seperti dilansir dari situs Kemendikbud.
Keunikan Jembatan Kota Intan adalah struktur yang dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan untuk mencegah banjir. Selain infrastruktur, bangunan jembatan ini menjadi salah satu tempat wisata Kota Tua Jakarta.
Tidak jauh dari Jembatan Kota Intan, wisatawan bisa menjumpai kawasan Kali Besar atau dikenal juga sebagai Kaliber. Sekilas, pengunjung seolah berada di kota-kota Eropa atau sungai di Korea Selatan saat berada di Kali Besar, seperti dikutip dari Kompas.com (11/111/2021).
Hal ini tidak lepas dari keberadaan jalur pedestrian terapung di atas Kali Besar, yang ditata dengan sangat apik dan estetik. Kawasan wisata ini, menjadi salah satu tempat nongkrong favorit wisatawan.
Dari kawasan Kali Besar, wisatawan bisa menikmati gedung-gedung bergaya kolonial di Kota Tua Jakarta, serta taman yang dipenuhi bunga. Wisatawan bisa berfoto sepuasnya saat berada di kawasan Kali Besar Kota Tua Jakarta.