Bila dilihat sepintas, Pos Komando mirip rumah-rumah pada zaman dulu. Terdapat banyak jendela tinggi hampir di semua sisinya, serta ubin kecoklatan.
Bangunannya didominasi cat warna putih, abu-abu, dan hijau. Di depannya terdapat tembok pagar.
Bangunan Pos Komando terlihat lebih kokoh bila dibandingkan dengan Dapur Umum yang sebagian besar terbuat dari kayu.
Bagian dalam Pos Komando pun lebih terang jika dibandingkan dengan Dapur Umum, meski tidak ada lampu yang menyala di dalamnya. Pencahayaan hanya bersumber dari sinar matahari di luar.
Baca juga: Cara Menuju Monumen Pancasila Sakti, Bisa Naik LRT ke TMII
Memasuki Pos Komando layaknya memasuki rumah seseorang. Berdasarkan Buku Panduan Monumen Pancasila Sakti, Pos Komando dulunya merupakan rumah penduduk Lubang Buaya bernama Haji Sueb.
Di bagian depan Pos Komando terdapat meja panjang dan empat kursi, mirip seperti ruang tamu.
Bergeser ke bagian tengahnya, pengunjung bisa melihat meja makan, mesin jahit, dan lemari penyimpanan.
Pos Komando juga memiliki sejumlah kamar. Salah satunya berisi kerangka tempat tidur beralaskan papan kayu dan lemari.
Pengunjung selanjutnya bisa belok kanan untuk keluar dari pintu samping. Di bagian tersebut terdapat teras berisi meja dan kursi.
Baca juga: Aturan Berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti, Dilarang Merokok
Untuk diketahui, dilaporkan oleh Kompas.com, Sabtu (9/9/2023), Monumen Pancasila Sakti buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB sampai 15.30 WIB.
Harga tiket masuknya mulai Rp 5.000 untuk pengunjung dewasa, dan mulai Rp 3.000 untuk pelajar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.