Selanjutnya, wisatawan nusantara disebut sangat bergantung pada teknologi baru dan terikat pada perangkat digital.
Rio menjelaskan, mereka cenderung lebih ingin check-in otomatis dan sangat terpengaruh dengan media sosial secara global.
Bahkan, 97 persen wisatawan nusantara memanfaatkan media sosial untuk mencari akomodasi mereka.
"Mereka sangat berketergantungan dengan teknologi, misalnya harus booking online (pemesanan daring) lewat ponsel atau situs online travel agent (agen perjalanan daring)," ujar Rio.
Baca juga:
Kemudian, wisatawan nusantara dikatakan sangat bersemangat dan antusias akan pengalaman. Tak hanya untuk hotel, tetapi juga destinasi wisata yang dikunjungi.
"Mereka mencari tempat-tempat yang di mana bisa mendapatkan pengalaman menarik yang tidak bisa ditemukan di tempat lain," ujarnya.
Misalnya, kata Rio, wisatawan sengaja datang ke Bali untuk menonton tari kecak, mereka akan fokus mencari hiburan tersebut dan tidak ke destinasi lain selain Pulau Dewata.
Selain itu, mereka tidak ingin sekadar menginap atau tidur di kamar, tetapi juga mau merasakan pengalaman sensasional.
Artinya, wisatawan ingin mengeluarkan uang selain untuk biaya sewa kamar agar pengalaman menginap mereka menjadi lebih spesial, misalnya ikut tur gajah (elephant tour) yang ditawarkan pihak hotel.
Baca juga:
Rio mengatakan, wisatawan nusantara ingin percakapan dengan penyedia akomodasi mereka tetap berlanjut hingga masa menginap dan seterusnya.
Wisatawan nusantara adalah wisatawan yang paling senang menerima komunikasi yang berkelanjutan setelah pemesanan.
"Wisatawan sekarang suka tetap berkomunikasi dengan pihak hotel, sebelum dan sesudah mereka check out," pungkas Rio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.