Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rafting" di Sungai Ayung, Meliuk-liuk di Celah Batu Terjal...

Kompas.com - 23/06/2015, 16:12 WIB
Indonesia sungguh indah permai

Pemandangan alam indah santai

Pohon nyiur pun melambai-lambai

Menyanyikan lagu-lagu pantai

Itulah sepenggal syair lagu Indonesia Permai karya Dr Janner Sinaga. Lagu yang menggambarkan Indonesia sebagai negeri yang memiliki alam yang sangat indah. Di sana, pohon nyiur yang melambai-lambai sedang menyanyikan lagu-lagu pantai. Sungguh, dari lagu itu kesan romantis nyata terasa. Dan, negeri permai ini makin tak terlupakan oleh mereka yang pernah mengunjunginya.

Indonesia, itulah negeri permai itu. Tanahnya subur alamnya pun kaya. Kekayaannya bukan hanya karena emas dan permata. Ribuan sungai yang mengalir dari celah gunung biru melengkapi kekayaan itu. Sungai-sungai itu memberi kesempatan hidup kepada sejumlah makhluk. Hanya saja, masih jarang anak bangsa ini menikmati ayunan arus beserta jeram-jeram terjal di sepanjang aliran sungai itu.

Sungai-sungai berair jernih itu meliuk-liuk menembus celah gunung bercadas terjal. Celah itu bukan hanya sebentuk batu cadas yang penuh tegakan pohon. Cadas itu sengaja memberi ruang bagi air untuk terus mengalir dan mengalir dengan deras. Salah satunya adalah Sungai Ayung, sungai yang terpanjang di Provinsi Bali.

Panjang Sungai Ayung ini sekitar 68,5 kilometer. Airnya berasal dari tiga anak sungai dan berakhir di Pantai Sanur. Ketiga anak sungai itu adalah Tukad Bangkung yang berhulu di Pelaga, Tukad Menggani berhulu di daerah Catur dan Tukad Siap berhulu di daerah Kintamani.

Sungai yang dahulunya hanya sebagai sumber air rumah tangga dan pertanian, kini fungsi ekonominya bertambah. Sungai yang melintasi kawasan Ubud itu memberi lapangan kerja kepada banyak orang. Sungai yang berada di dasar cadas tersebut, kini menjadi salah satu obyek wisata alam paling diminati. Di sungai itulah Indonesia permai dapat dirasakan.

Begitu tersohornya potensi wisata Sungai Ayung, maka wisatawan yang datang ke sana berasal dari berbagai bangsa. Di sana terlihat orang berwajah Eropa, Amerika, Australia, Asia Timur bahkan wajah Indonesia tak kalah banyak. Semuanya terlihat sangat menikmati keindahan hutan hujan tropis dari permukaan Sungai Ayung. Padahal, untuk merasakan permainya Indonesia diatas permukaan Sungai Ayung, setiap orang harus membayar 79 dollar AS.

Mahal? Pasti, tetapi harga sebesar itu menjadi kecil manakala alam dan manusia bersatu melalui wisata rafting di Sungai Ayung. Faktanya, para peminat wisata rafting ini tidak berkurang, malah banyak yang antre menunggu giliran. Begitulah, ketika pesona dan daya tarik alam Indonesia yang permai telah menyatu dalam diri mereka.

MUHAMMAD SYUKRI Suara jangkrik, burung dan hewan hutan hujan tropis mengiringi perjalanan menuju ke tempat sandaran perahu karet sebelum rafting di Sungai Ayung, Bali.
Sebagai anak bangsa dari negeri yang bernama Indonesia permai, umumnya belum pernah menikmati sensasi menyatu dengan alam, di tengah hutan hujan tropis. Bagaimanakah rasanya? Pada tanggal 10 Oktober 2014 lalu, saya memperoleh kesempatan untuk wisata rafting di Sungai Ayung.

Hari itu, saya dan sembilan blogger didrop di sebuah base camp penyedia jasa rafting di pedesaan kawasan Ubud. Dengan perlengkapan life jacket, helm dan dayung, kami menuruni 300-an anak tangga melalui hutan hujan tropis. Bunyi jangkrik, burung-burung dan hewan hutan lainnya seperti sengaja mengucapkan selamat datang kepada kami.

Beginikah nyamannya berjalan di tengah hutan yang masih asri? Bilakah saya masih bisa menelusuri hutan hujan tropis di bagian lain dari tanah Indonesia? Pantas, wisatawan mancanegara sangat menyukai berada di tengah hutan perawan. Sungguh tak terceritakan rasanya, yang pasti semua persoalan hidup seolah terlupakan saat berada di sana. (Muhammad Syukri)

Baca kisah selengkapnya di Kompasiana: "Wisata Rafting Membuktikan Indonesia Sungguh Permai"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

Travel Update
8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

Jalan Jalan
Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Travel Update
5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

Jalan Jalan
6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

Hotel Story
5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

Travel Tips
3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

Travel Update
Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Jalan Jalan
The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

Travel Update
Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Jalan Jalan
Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Travel Update
Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Travel Update
Kemenparekraf Tegaskan Bali Belum Overtourism, tapi...

Kemenparekraf Tegaskan Bali Belum Overtourism, tapi...

Travel Update
Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Akan Buka Kembali Juni 2024

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Akan Buka Kembali Juni 2024

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com