"Wisata minat khusus ini akan menampilkan cerita, layaknya Museum Gempa Kobe, Jepang," kata Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata, Disbudpar Kabupaten Sleman, Shavitri Nurmala Dewi, Sabtu (12/9/2015).
Menurut dia, ada hal menarik dari rumah-rumah warga yang sudah tidak tak ditinggali oleh pemiliknya pascaerupsi Merapi.
"Dengan diberi sedikit sentuhan, bisa dijadikan wisata minat khusus. Daya tariknya dari ceritanya. Sedikit diberi kreasi, akan menjadi wisata minat khusus," katanya.
"Hanya sentuhan-sentuhan kecil untuk penataan kawasannya. Kemudian ditambahkan suatu 'tetenger' (penanda) terjadinya erupsi Merapi 2010," katanya.
Shavitri mengatakan, penataan ini masih belum bisa dipastikan kapan selesai dan mulai dinikmati oleh pengunjung. Karena membutuhkan proses yang cukup panjang. "Sekarang masih penyelesaian tanahnya. Masih dibutuhkan proses yang panjang," katanya.
Di wilayah yang masuk dalam KRB III, memang banyak rumah-rumah warga yang sudah tidak ditinggali akibat bencana Merapi 2010. Kondisinya pun sudah tak terawat lagi, karena pemiliknya direlokasi ke tempat-tempat yang aman, di beberapa hunian tetap (huntap) di KRB II maupun I.
"Pemda Sleman nanti yang menggarapnya. Di sekitar Dusun Bakalan tersebut memang ada suatu kawasan sebagai tempat pemberhentian Jeep Lava Tour. Namun, masih sebatas dikelola oleh masyarakat setempat saja. Belum ada campur tangan dari pemerintah," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.