Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kenakan Pakaian Kulit Kayu dalam Karnaval Budaya Alor

Kompas.com - 11/08/2016, 06:23 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

ALOR, KOMPAS.com - Puluhan warga Desa Kopidil, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu dalam pawai karnaval budaya di sepanjang jalan utama Kota Kalabahi, Selasa (9/8/2016) petang.

Penampilan dari warga tersebut, membuat ribuan warga setempat yang berjejer di pinggir jalan menjadi kagum dan terhibur. Selain mengenakan pakaian kulit kayu, warga Kabola yang terdiri dari anak-anak hingga orang tua membawakan tarian perang dengan diiringi musik tambur.

Sekretaris Camat Kabola Daud Nomenson dan Sekretaris Desa Kopidil Derek Laapada kepada KompasTravel, Selasa malam secara bergantian mengatakan, penampilan warga Kabola dengan pakaian kulit kayu, agar mengingatkan warga Alor untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya asli tersebut.

“Sebenarnya pada zaman dulunya dipakai untuk pakaian karena baju belum ada, sehingga masyarakat Alor masih menggunakan kulit kayu. Pada dasarnya semua suku di Alor masih pakai, tapi yang masih mempertahankan tradisi ini adalah masyarakat Desa Kopidil, Kecamatan Kabola,” kata Daud yang diiyakan Derek.

Menurut Daud, pakaian tersebut dikenakan hanya pada acara adat, termasuk pergelaran seni dan budaya seperti di Expo Alor saat ini.

Daud mengaku, pakaian kulit kayu itu diambil dari sebuah pohon, yang oleh warga setempat disebut dengan pohon Ke. Cara pembuatan pakaian kulit kayu terbilang sederhana yakni dengan menebang pohon Ke yang berdiameter besar, kemudian diukur sesuai dengan ukuran dan kebutuhan.

Setelah itu, lanjut Daud, pohon itu dibersihkan dan dipukul pakai kayu ukuran sedang, kemudian dipotong (dibelah) dan dijemur hingga dua hari lalu siap dipakai.

“Tergantung dari cara pukul kita, bisa menentukan tipis dan tebal baju atau rok dan celana yang dihasilkan nanti. Biasanya pakaian kulit kayu yang dihasilkan ini, dipakai lama sampai seumur hidup, sampai turun temurun, asalkan jangan kena air. Kalaupun kena air, itupun dicuci kasih bersih kemudian dijemur kembali,” jelasnya.

Daud memaparkan, selain menghasilkan pakaian, kulit pohon Ke yang berwarna cokelat juga bisa dibuatkan tas dan topi. Namun begitu kata Daud, populasi pohon Ke saat ini semakin berkurang.

Oleh karena itu, Daud berharap masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama bisa menanam kembali anakan pohon Ke dalam jumlah banyak, agar budaya pakaian kulit kayu bisa tetap bertahan hingga turun temurun.

Sementara itu, Bupati Alor Amon Djobo mengatakan Expo ke-10 dan karnaval budaya di Alor, bertujuan mempromosikan destinasi wisata, ekonomi kreatif, seni dan budaya guna membuka pangsa pasar investasi ke seluruh nusantara dan mancanegara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com