Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sidi Bou Said, Kota Dua Warna

Kompas.com - 28/04/2014, 15:39 WIB
BAGI warga Sidi Bou Said, warna-warni yang tercipta dalam kehidupan ini tampaknya tidak terlalu penting. Kehidupan mereka cukup dipenuhi dengan dua warna, yaitu putih dan biru. Inilah warna yang mendominasi salah satu obyek wisata ternama, khususnya untuk penduduk Tunisia, negara di sisi utara Benua Afrika itu.

Terletak di sisi utara Tunisia, di daerah perbukitan sekitar 20 kilometer dari Tunis, ibu kota negara bekas jajahan Perancis itu, Sidi Bou Said hanya sebuah kota kecil. Bahkan, tak sedikit yang menyebutnya sebagai sebuah desa.

Namun, setiap hari, ribuan orang terutama kaum muda Tunisia dan wisatawan asing mengunjunginya, dengan berjalan kaki sepanjang tak kurang dari 2 kilometer. Mereka menapaki bukit untuk menikmati lepas pantai Teluk Tunisia dan Pelabuhan Sidi Bou Said yang menawan.

Selain warna hijau dari tetumbuhan yang merindangi sepanjang jalan, berbagai bangunan bergaya andalusia atau mediterania klasik di sepanjang Rue (Jalan) Habib Thameur menuju Avenue de L’Environnement, jalur pejalan kaki wisatawan di Sidi Bou Said, didominasi warna putih dan biru. Warna putih pada dinding, dan warna biru pada pintu, jendela, atau ornamen gedung yang umumnya telah berusia tua. Sejumlah bangunan di kawasan ini, yang sampai kini masih berpenghuni, dibangun pada abad ke-10.

Pertumbuhan bangunan di daerah itu diyakini semakin berkembang pada abad ke-13, ketika seorang sufi yang bernama Sayyid Abu Said Kalafa ibn Yahya al-Temimi al-Beji menetap di perbukitan itu. Desa yang terletak tak jauh dari kawasan yang pernah menjadi pusat pemerintahan Romawi di Afrika Utara, Carthage, itu kemudian dinamai Sidi Bou Said.

Baru pada awal abad ke-20, saat Perancis menduduki Tunisia, berbagai bangunan tempat peristirahatan menjamur di wilayah itu. Sidi Bou Said pun tumbuh menjadi tempat pelancongan, dan kawasan elite di Tunisia.

Warna alam

Dalam buku Tunisia: Art, History, Culture A Wonderful Journey in A Magic Land (2010) disebutkan, tahun 1912 seorang kaya di Inggris, berasal dari Peranncis, Rodolphe d’Erlanger, mengunjungi Sidi Bou Said. Ia terpesona dengan keindahan kota kecil itu, dan membangun rumah mewah yang dinamai Dar Nejma Ezzahra (rumah bintang dari Venus).

KOMPAS/TRI AGUNG KRISTANTO Salah satu sisi Sidi Bou Said, kota kawasan wisata di Tunisia yang bangunannya didominasi warna biru dan putih.
Rodolphe yang mendorong pula agar semua bangunan di kawasan itu dibangun dengan bentuk dan warna sesuai kearifan masa lalu, yaitu berwarna putih dan biru. Bahkan, jalanan di sepanjang perlintasan wisata Sidi Bou Said juga dibangun dengan batu berwarna putih.

”Warna putih dan biru itu merupakan warna alam. Apa pun yang ada di Sidi Bou Said adalah kembali pada alam,” jelas Mohammed Oussama Ben Yedder dari Badan Nasional Turisme Tunisia (Office National du Tourisme Tunisien).

Bangunan Dar Nejma Ezzahra, yang juga didominasi warna putih dan biru, kini menjadi salah satu obyek tujuan wisata di Sidi Bou Said. Bangunan tersebut dikenal sebagai Istana (Palace) Baron d’Erlanger.

Wisatawan yang datang ke Sidi Bou Said, terutama dari Tunisia, adalah kaum muda. Hal itu, bisa jadi, karena lokasinya yang berbukit, dan orang harus berjalan kaki menanjak, sehingga orang tua akan kesulitan.

Lokasi wisata yang berbukit, dingin, dan dipuncaki dengan pemandangan biru laut lepas terasa lebih cocok untuk kaum muda, apalagi yang tengah mencari tempat romantis.

Sidi Bou Said sesungguhnya mirip dengan kota kecil tujuan wisata di perbukitan atau gunung di Indonesia, seperti di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Puncak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat; atau Baturraden di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Namun, pola dan warna yang sama dari masa lalu yang sengaja dipertahankan, sehingga mempunyai nilai sejarah dan kearifan lokal, menjadi kekuatan Sidi Bou Said. Sebagian besar dari sekitar tujuh juta wisatawan asing yang setiap tahun mengunjungi Tunisia pasti berkunjung ke Sidi Bou Said.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com