Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpuasa di Tengah Lautan Papua

Kompas.com - 16/06/2016, 07:48 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

BIAK, KOMPAS.com - Puasa adalah salah satu bentuk menunaikan ibadah bagi umat Muslim. Bukan hal mudah untuk menahan segala hawa nafsu, apalagi jika sedang menjalani aktivitas berat di tempat yang cukup ekstrem.

Seperti awak dan penumpang KM Gurano Bintang, kapal milik WWF Indonesia yang sedang melakukan Ekspedisi Saireri di wilayah perairan Kabupaten Kepulauan Yapen dan Biak, Papua, pada 5 Juni-21 Juni 2016.

“Sudah bolong tiga kali karena tak bangun sahur dan kegiatannya padat,” ungkap Suparta, bagian dokumentasi Ekspedisi Saireri. Dua kali berpuasa di tengah laut Papua, membuat Suparta harus menyesuaikan kondisi lingkungan alam dan masyarakat.

“Tantangannya juga tak semua orang di kapal Muslim, jadi ketika pulang dari kegiatan, semua orang makan dan minum jadi tergoda juga. Sesungguhnya godaan terbesar di kapal itu karena lingkungan Muslim minoritas. Kegiatan juga mempengaruhi karena di sini lebih panas daripada Jakarta. Bikin cepat lelah,” ungkap Suparta.

KOMPAS.COM/SILVITA AGMASARI Suparta, Anita, dan kapten Bardin berbuka puasa di KM Gurano Bintang milik WWF Indonesia.
Hampir mirip dengan Suparta, tim media yang ikut meliput Ekspedisi Saireri lainnya, Anita Russian juga mengatakan jika puasa kali ini begitu berbeda dari sebelumnya.

“Ini pertama kalinya berpuasa di tengah lautan Papua, menjelajahi hutan dan lautan dengan jalur yang cukup terjal dan menantang. Selain cuaca yang panas, puasa kali ini semakin teruji karena berpuasa di tengah minoritas. Tapi ya dinikmati aja," ungkap Anita sambil tertawa.

Meski mengaku rindu suasana berpuasa dengan keluarga, kebersamaan rekan sesama peserta ekspedisi ternyata cukup mengobati. Apalagi bisa merasakan makanan khas Papua. “Senang juga dapat berbuka dengan kuliner khas Papua, papeda dan kuah ikan kuning, beda sensasinya” tutur Anita.

Lebih beruntung dari Suparta dan Anita, ada Bardin Tandiono, kapten KM Gurano Bintang. Kapten Bardin sudah terbiasa berpuasa di tengah laut.

KOMPAS.COM/SILVITA AGMASARI KM Gurano Bintang dari WWF Indonesia merupakan kapal khusus untuk monitoring sekaligus pendidikan untuk anak-anak di mana kapal itu berlabuh.
“Saya sudah berpuasa di kapal sejak tahun 2000, sekitar usia 20 tahun. Dulu saya tidak berpuasa di kapal seperti sekarang yang ada AC, freezer, kulkas, ingin makan apa saja bisa. Kalau dulu juga di kapal tak ada jamnya. Jadi buka puasa patokannya saat matahari tenggelam,” ungkap Bardin.

Meski begitu Bardin tetap merindukan satu hal. “Saya kangen dengan keluarga, terutama si ibu bidan cantik,” kata Bardin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com