JHENNIS Mintjelungan, lelaki Minahasa berusia 30 tahun, bekerja sebagai resepsionis hotel di Sorong, kota tempat masuknya turis menuju Kepulauan Raja Ampat. Obyek wisata ini disebut sebagai tempat liburan tercantik di dunia oleh Conde Nast Traveler.
Dia berharap jumlah pengunjung ke kepulauan ini terus meningkat secara signifikan hingga mampu mendorong ekonomi daerah yang terletak di ujung barat Papua ini.
Di tepi pantai Danau Toba di Sumatera Utara, 3.649 kilometer sebelah barat dari Kepulauan Raja Ampat, Bona Pana Parlindungan, seorang pemandu wisata berusia 54 tahun, berdoa agar jumlah pengunjung asing terus meningkat.
Dengan tersedianya bandara terdekat Silangit yang baru direnovasi dan penerbangan langsung dari Jakarta, memang sangat memungkinkan danau kaldera terbesar di dunia itu menerima kedatangan turis lebih ramai lagi.
Sektor pariwisata di Asia Tenggara sedang tumbuh pesat. Pada 2014, sektor travel dan pariwisata berkontribusi 4,8 persen terhadap total PDB atau sekitar 117,9 miliar dollar AS.
Angka ini diprediksi akan naik menjadi 4,9 persen atau sekitar 209,4 miliar dollar AS pada 2025. Asia Tenggara merupakan daerah dengan pertumbuhan sektor pariwisata tertinggi kedua di dunia setelah Asia Selatan.
Tren global yang menyajikan petualangan dan alam turut mendorong minat publik untuk menjelajah daerah-daerah yang kurang dikenal masyarakat luas.
Namun apa yang harus dilakukan oleh para pemimpin lokal untuk mempertahankan industri dengan potensi yang berubah-ubah ini? Hal-hal utama apa saja yang diperlukan untuk menarik turis dan mendorong mereka agar sering berkunjung?
Belajar dari Sabah
Saya akan sangat menyarankan para pembuat kebijakan untuk memelajari apa yang Sabah telah lakukan dengan baik.
Dengan kesuksesannya menarik 3,4 juta turis pada 2016, sebanyak lebih dari 1 juta berasal dari Tiongkok, Sabah kini telah menjadi salah satu destinasi ekowisata dan petualangan tersukses di Asia.
Kekayaan alam seperti Gunung Kinabalu (gunung tertinggi di Asia Tenggara), tempat olahraga snorkeling serta hutan-hutan yang sangat alamiah turut membantu Sabah menarik turis tersebut.
Maskapai berbujet rendah, AirAsia, juga telah berperan penting dalam menekan biaya perjalanan dan menambah kapasitas.
Namun, Sabah tidaklah selalu sebuah kisah sukses. Dua puluh lima tahun silam, negara bagian ini sempat juga menghadapi dilema ekonomi.
Para pebisnis lokal fokus mengembangkan industri ekstraktif selama puluhan tahun yakni menggarap hutan-hutan yang sangat kaya akan sumber daya alam. Pada awal 1990 terlihat jelas bahwa aktivitas ini tidak berkelanjutan.