Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melirik Kain Tenun Sikka Jenis "Tama Lu'a" di Bukit Sion

Kompas.com - 15/02/2019, 11:24 WIB
Nansianus Taris,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 12.00, panas terik matahari semakin menyengat di bumi Bukit Sion, Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (11/2/2019).

Akan tetapi, situasi ini tidak surutkan semangat mama Kristina Tia (56), menenun Tama Lu'a, kain tenun ikat Palue. Gerakan tangannya lincah. Jemarinya yang mulai keriput menari-nari di atas alat tenun. Perlahan tapi pasti, benang demi benang disulam.

Mama Tina -- demikian ia biasa disapa -- berasal dari Kampung Cua, Desa Nitung Lea, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka. Bersama dengan ratusan penduduk Palue lainnya, ia mengungsi ke Maumere pada tahun 2013 akibat letusan Gunung Rokatenda pada Agustus 2013.

Baca juga: Menikmati Indahnya Pesona Pantai Koka di Sikka Flores

Setelah beberapa waktu tinggal di Transito Maumere, ia pun tinggal dan menetap di Hewuli. Hewuli merupakan lokasi yang disiapkan Pemerintah Kabupaten Sikka sebagai tempat tinggal para pengungsi dari Palue.

Di Hewuli, pemerintah membangun rumah semi permanen bagi kurang lebih ratusan kepala keluarga (KK) pengungsi dari Palue.

Baca juga: Menpar: Tenun Ikat NTT Terbaik di Indonesia

Hingga tahun 2019, sebagian KK masih menetap di Hewuli, sedangkan sebagian lainnya sudah pulang kampung ke Palue. Mama Tina memilih pulang pergi antara rumah 01 di Palue dan rumah 02 di Hewuli.

"Di sini, saya tinggal bersama dengan anak saya. Ia sekolah di SMA Negeri 2 Maumere. Sekarang kelas 2," katanya.

Baca juga: Tiba Meka, Tarian Khas Flores Barat

Saya terkesima menyaksikan kelincahan jemari Mama Tina bermain-main di atas alat tenun. Timbul rasa penasaran tentang kejadian awal mula Tama Lu'a. Bagaimana Mama Tina bisa menghasilkan Tama Lu'a yang memesona? Beliau pun dengan penuh gairah menceritakannya.

Karena kemampuan bahasa Indonesia yang terbatas, dia lebih sering omong dalam bahasa daerah Palue. Saya tak paham. Untung ada Noni (24), gadis Palue yang sedang menghabiskan masa liburan di Hewuli. Noni menerjemahkan beberapa kalimat dalam bahasa Palue yang tak saya pahami.

Kain tenun Sikka jenis Tama Lua di rumah pengungsian Bukit Sion, Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (11/2/2019).KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS Kain tenun Sikka jenis Tama Lua di rumah pengungsian Bukit Sion, Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (11/2/2019).
Dengan segala lebih kurangnya, proses pembuatan Tama Lu'a ala Mama Tina bisa dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, kita perlu menyiapkan bahan dan peralatan tenun ikat. Bahan-bahan itu antara lain adalah benang, kayu, dan papan. Benang terdiri atas berbagai macam jenis seperti benang kuning, benang biru laut, benang biru langit, benang merah hati, benang lodon, dan benang podang.

Harga benang berkisar Rp 100.000 per po'en. Satu po'en terdiri atas 5 ikat benang. Untuk bisa menenun 1 lembar kain Tama Lu'a, dibutuhkan 6 po'en.

Artinya, kita mesti siapkan 30 ikat benang untuk menghasilkan 1 lembar Tama Lu'a. Kayu juga terdiri atas berbagai macam jenis seperti laju (kayu dari pohon asam) dan alo (kayu dari bambu).

Setelah bahan dan peralatan tenun ikat disiapkan, langkah selanjutnya adalah mulai menenun.

Kedua, menenun. Proses menenun bisa dibedakan atas tiga tahap, yaitu ko'a ragi (membagi benang), taku kugu (mengangkat benang dengan menggunakan kayu), dan noru ragi (menenun).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com