Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Cokelat di Dunia, dari Minuman Suku Aztek sampai Jadi Camilan

Kompas.com - 13/02/2020, 18:24 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat suku Maya, Toltec, dan Aztek di Benua Amerika diketahui jadi komunitas-komunitas pertama yang mengonsumsi cokelat. Komunitas yang hidup sekitar 3.000 tahun lalu ini telah mengolah biji kakao jadi minuman cokelat yang layak konsumsi.

Cokelat yang kita kenal sekarang ini, berasal dari biji buah kakao. Biji kakao ini kemudian diolah sedemikian rupa hingga layak konsumsi.

Dilansir dari Britannica, Suku Aztel menyajikan cokelat dalam bentuk minuman yang bernama xocoatl. Dalam Bahasa Nahuatl, kata tersebut berarti air yang pahit.

Minuman ala Suku Aztek ini dibuat dari biji kakao yang dikeringkan lalu dibakar dengan api. Setelahnya, biji tersebut dihaluskan dengan alat batu bernama metate di atas api kecil.

Setelah halus dan berbentuk seperti pasta, Suku Aztek menambahkan vanilla dan beberapa rempah serta bumbu lain. Mereka juga menambahkan jagung untuk membuat rasa lebih ringan.

Baca juga: Cokelat Bisa Diolah Jadi Hidangan Gurih, Ini Tipsnya

Pasta yang sudah diberi tambahan rasa, kemudian dibentuk kecil-kecil dan didinginkan. Setelah dingin, kemudian dihancurkan hingga menjadi bubuk dan dicampur dengan air panas.

Minuman tersebut kemudian dikenalkan pada penjelajah Christopher Columbus dan Hernan Cortez yang kemudian membawa biji kakao ke Spanyol.

Di Eropa minuman cokelat dimodifikasi

Di Spanyol kemudian biji kakao ini dikembangkan. Pasalnya, minuman khas Suku Aztek dianggap terlalu pahit untuk selera orang Eropa. Mereka pun mengembangkan resep rahasia pengolahan biji kakao jadi minuman cokelat.

Resep ala Spanyol ini tetap jadi rahasia hingga pada 1660 minuman cokelat jadi populer di Perancis akibat pernikahan puteri Spanyol Maria Theresa dengan Louis XIV.

Dari sanalah kemudian minuman cokelat jadi menyebar dan populer di seluruh Eropa serta dunia.

Ilustrasi minuman cokelat.Shutterstock Ilustrasi minuman cokelat.

Dahulu, cokelat hanya dikenal dalam bentuk minuman. Hal tersebut membuat cokelat yang populer di Eropa dikenal sebagai minuman eksklusif dan hanya bisa dikonsumsi oleh kaum elit. Cokelat panas dinikmati oleh kaum kelas atas karena dianggap lezat dan bisa menjaga kesehatan.

Dilansir dari Worldcocoafoundation, eksklusifitas cokelat ini kemudian berangsur menghilang pada masa Revolusi Industri. Ketika mesin bertenaga uap membuat produksi bubuk kakao lebih cepat dan lebih murah harganya.

Baca juga: 3 Varian Cokelat di Pasaran, Yuk Kenali Bedanya

Tak lama kemudian, cokelat dalam bentuk batangan pun muncul dan sukses besar pada 1850. Joseph Fry menambahkan cacao butter ke dalam campuran bubuk kakao untuk membentuk massa yang padat.

60 tahun kemudian, seni membuat cokelat dengan beragam rasa dan isian yang disebut pralines oleh Jean Neuhaus II, sang penemu berkebangsaan Belgia, dikenal publik. Dari sana kemudian industri cokelat akhirnya semakin populer dan berkembang di seluruh dunia.

Cokelat di Indonesia

Menurut sejarawan kuliner sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, cokelat masuk ke Indonesia karena dibawa oleh Spanyol melalui Filipina.

“Walaupun cokelat berkembang pesat dari abad 19 sampai 20, sebenarnya budidaya kakao di Indonesia sudah ada dari tahun 1560. Spanyol membawa ke Filipina, negeri koloninya, kemudian dari Filipina menyebar sampai ke Minahasa (Sulawesi Utara),” ujar Fadly dalam acara Diskusi Media “Serba Serbi Cokelat” dari Mondelez International di Jakarta, Kamis (02/08/2018).

Baca juga: Cara Melelehkan Cokelat di Rumah agar Mengilap dan Lebih Enak

Ketika itu, Belanda masih fokus ke tanaman kopi dan teh. Ketika tanaman kopi dan teh rusak akibat penyakit, Belanda mulai beralih membudidayakan kakao pada 1880. Konsumsi cokelat di masyarakat Hindia Belanda pun semakin masif pada masa itu.

Sampai tahun 1938, ada 29 perkebunan kakao di Hindia Belanda. Pasca kemerdekaan, semua perkebunan tersebut akhirnya dinasionalisasi menjadi milik Indonesia. Berbagai merk cokelat lokal pun berkembang, hingga akhirnya cokelat bisa dinikmati semua kalangan masyarakat hingga kini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com