KOMPAS.com – Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan sejumlah pihak terkait tengah mengembangkan desa wisata di Indonesia.
Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan bahwa desa wisata merupakan masa depan pariwisata Indonesia dan simbol kebangkitan ekonomi.
Baca juga: Sandiaga Uno: Desa Wisata, Masa Depan Pariwisata Indonesia
Dia juga mengatakan, saat ini desa wisata sedang menjadi primadona karena rural tourism tengah naik daun selama pandemi Covid-19.
“Desa wisata dapat semua. Dari segi lingkungan, sosialnya memberikan penghidupan masyarakat desa, bisnisnya karena untung, digitalisasi karena sekarang homestay bayar pakai (sistem) digital,” ujar diadalam Kompas.com, Kamis (29/4/2021).
Kendati demikian, Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Andi Yuwono mengatakan, terdapat sejumlah kendala yang didapat saat melakukan pengembangan desa wisata.
Menurut Andi, Minggu (1/8/2021), adanya kendala itu salah satunya lantaran desa wisata merupakan bisnis yang menghasilkan uang.
Baca juga: Erix Soekamti Kembangkan Desa Wisata Nglinggo Secara Swadaya
“Ini bisnis yang menghasilkan uang. Sedangkan saat ngomongin desa, pasti bisnis dikelola secara kolektif sulit. Makanya ada pendekatan-pendekatan tersendiri. Kalau kita istilahkan social enterprise di desa,” ungkap Andi.
Guna mempermudah pengelolaan desa wisata oleh masyarakat, Andi mengatakan bahwa biasanya mengembangkan desa wisata dibarengi pendampingan.
Baik itu pendampingan dalam tata kelola manajemen, pengelolaan keuangan, atau pelatihan sumber daya manusia (SDM) agar mereka siap menerima wisatawan saat sudah menjadi desa wisata.
“Itu tidak bisa berdiri sendiri. Desa bersinergi dengan pemerintah, agen perjalanan yang menyediakan paket, dan lain-lain,” ujar dia.
Baca juga: Berapa Jumlah Desa Wisata di Indonesia?
Andi tidak menampik bahwa di beberapa desa akan ada tetua yang mungkin menentang diubahnya desa menjadi desa wisata.
Menurut dia, kendala tersebut dapat diselesaikan melalui penanganan konflik. Untuk itu, warga desa perlu dilatih bagaimana menangani konflik dengan baik. Tidak hanya dengan para tetua, tetapi juga dengan warga lainnya.
“Perlu ketua (desa wisata) yang kapabilitas dan diterima oleh semua karena ini ngomong tentang uang,” ujarnya.
Kendala lain yang akan ditemui saat mengembangkan desa wisata adalah penyediaan toilet yang sesuai standar.
Andi tidak menampik bahwa hal tersebut punya keterkaitan dengan akses menuju ke desa untuk membawa peralatan yang dibutuhkan.
Meski begitu, menurutnya ketersediaan toilet yang sesuai standar bukanlah satu-satunya faktor utama dalam pengembangan desa wisata.
Baca juga: Desa Wisata Mana Saja yang Sudah Siap Terima Wisatawan?
“Desa wisata yang penting amenitas, siapa yang kelola. Kalau fasilitas banyak, percuma kalau enggak ada yang melayani. Pengembangan SDM juga harus diprioritaskan,” jelas Andi.
Dalam pengembangan SDM tersebut, dia mengatakan bahwa warga desa juga akan didampingi dan diajarkan seputar digitalisasi untuk promosi desa wisata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.