Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tapak Tilas Lokasi Gugurnya Jenderal Ahmad Yani di Museum Sasmitaloka

Kompas.com - 04/04/2023, 09:34 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jejak sejarah penembakan Jenderal Ahmad Yani oleh pasukan Cakrabirawa dalam peristiwa G30S/PKI tahun 1965 dapat dilihat di lokasi kejadian, yaitu di rumah Jenderal Ahmad Yani. 

Rumah tersebut kini menjadi sebuah museum bernama Sasmitaloka Pahlawan Revolusi di Jakarta Pusat.

Baca juga:

"Di sini lokasi bapak (Jenderal Ahmad Yani) tewas ditembak, diseret, lalu dilarikan ke Lubang Buaya," kata pemandu Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Kompas.com di lokasi, Rabu (29/3/2023).

Saat ini, lanjutnya, banyak cerita mengenai kronologi tewasnya Jenderal Ahmad Yani di internet. Namun, sang pemandu mengatakan, sayangnya tidak sedikit informasi yang tidak mencantumkan sumber terpercaya.

 

"Saya pernah baca di internet (mengenai kronologi penembakan Jenderal Ahmad Yani), cuma ini sumbernya dari mana, siapa yang bilang?," tuturnya.

Baca juga: 4 Tips Berkunjung ke Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi, Naik Transjakarta Saja

Guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap, tim Kompas.com berkunjung langsung ke Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi dan berbincang dengan pemandu museum.

"Saya tidak ada di lokasi pada saat kejadian (peristiwa tewasnya Ahmad Yani), tapi saya mendapat informasi langsung dari keluarga (Jenderal Ahmad Yani)," katanya.

Kronologi penembakan Jenderal Ahmad Yani

Pintu belakang, lokasi masuknya anggota PKI ke rumah Jenderal Ahmad Yani.DOK. KOMPAS.COM/ SUCI WULANDARI PUTRI CHANIAGO Pintu belakang, lokasi masuknya anggota PKI ke rumah Jenderal Ahmad Yani.

Berdasarkan informasi dari pemandu museum, peristiwa penembakan Jenderal Ahmad Yani terjadi pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 04.35 WIB di kediamannya.

Lokasi kediamannya di Jalan Lembang Nomor 67, RT 11/RW 7, Menteng, Kecamata Menteng, Jakarta Pusat.

"Penculikan di kediaman Jenderal Ahmad Yani dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa (Tjakrabirawa). Pimpinan penculikan bernama Mukidjan, pangkatnya Peltu, yang memimpin sekitar 100 anggota," terangnya.

Setibanya di kediaman Jenderal Ahmad Yani, hal pertama yang dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa bukanlah masuk ataupun mengetuk pintu rumah bagian depan, melainkan mengetuk pintu bagian belakang.

"Sekitar pukul 4 subuh, mereka menyekap, melucuti, dan mengikat pasukan pengawal, lalu mereka mengepung kediaman ini," katanya.

Setelah mengetuk pintu rumah bagian belakang, orang pertama yang membuka pintu dan bertemu dengan pasukan Tjakrabirawa yaitu pembantu rumah tangga bernama Mbok Milah. 

Baca juga: 5 Aturan Berkunjung ke Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi, Tempat Wafatnya Jenderal Ahmad Yani

Ia melanjutkan, Mbok Milah ditanya berbagai hal mengenai Jenderal Ahmad Yani oleh pasukan Cakrabirawa dan merasa bingung dengan keberadaan pasukan tersebut.

"Mbok Milah sempat ditanya macam-macam dan dia bingung, 'Kok tentara banyak masuk ke sini?'. Kalau kondisi negara sedang genting, dia pikir harusnya Jenderal Ahmad Yani sudah tahu dan tidak perlu dijemput oleh banyak pasukan," jelasnya.

Saat Mbok Milah ditanya oleh pasukan Cakrabirawa, putra bungsu Jenderal Ahmad Yani bernama Irawan Suraedi, yang saat itu berusia sekitar tujuh tahun, terbangun karena mendengar suara berisik dari dapur.

Melihat keberadaan putra Ahmad Yani, anggota Cakrabirawa bertanya dan memerintahkan Irawan Suraedi untuk membangunkan Jenderal Ahmad Yani yang sedang tidur.

"Dia (putra bungsu Ahmad Yani) ditanya oleh tentara dan disuruh membangunkan bapak, disuruh bilang 'ada tamu dari istana'," katanya.

Setelah itu Irawan Suraedi membangunkan Jenderal Ahmad Yani dan mengabarkan ada tamu dari istana yang saat itu berada di dapur. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Travel Update
5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

Jalan Jalan
4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com