KOMPAS.com – Selasa malam (18/7/2023), kawasan Istana Mangkunegaran di Kota Solo, Jawa Tengah, ramai dipadati masyarakat.
Mereka berkumpul untuk menyaksikan Kirab Pusaka Dalem Pura Mangkunegaran yang biasa digelar pada malam 1 Suro atau 1 Muharram.
Kompas.com pun ikut berada di tengah kerumunan masyarakat malam itu sekitar pukul 19.00 WIB, tepatnya di Pamedan Mangkunegaran (lapangan depan Istana Mangkunegaran).
Sekitar pukul 19.20 WIB, tampak rombongan kirab mulai berjalan keluar dari pintu depan istana.
Baca juga: 5 Fakta Tradisi Kirab Malam 1 Suro Keraton Solo
Petugas dan mobil polisi pun mulai membuka jalan dan meminta masyarakat untuk menepi agar rombongan bisa melintas.
Lihat postingan ini di Instagram
Beberapa petugas juga meminta masyarakat yang memotret atau merekam agar tidak menggunakan flash.
Tak lama kemudian, rombongan pun mulai melintas dengan berjalan kaki. Beberapa orang terlihat membawa benda pusaka, seperti tombak.
Terlihat pula beberapa tokoh, di antaranya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
Baca juga: Apakah Dilarang Menikah Saat Bulan Suro? Ini Penjelasannya
Namun meski ada ratusan orang yang melintas, sebagian dari mereka hanya berjalan tanpa alas kaki sambil diam dan tidak bercengkerama satu sama lain.
Masyarakat yang menyaksikan pun seolah larut dalam diam untuk ikut menjaga kekhidmatan acara. Mereka tampak menonton atau mengabadikan momen, tanpa banyak berbicara.
Ternyata, para peserta yang diap dan tidak berbicara itu merupakan salah satu bagian dari acara kirab, yakni Tapa Bisu.
Tak hanya di Istana Mangkunegaran. Tapa Bisu juga dilakukan di acara menyambut malam 1 Suro di Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Lalu, apa itu Tapa Bisu yang biasa dilakukan peserta Kirab Pusakadalem saat malam 1 Suro atau 1 Muharram?
Adapun Tapa Bisu berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yakni tapa yang berarti bertapa dan bisu yang berarti diam.
Dilansir dari laman Puro Mangkunegaran (12/9/2018), Laku Tapa Bisu adalah berjalan sambil bertapa membisu. Bertapa di sini bukan berarti duduk bersila seperti orang bertapa pada umumnya.
Baca juga: 7 Tradisi Peringatan Satu Suro di Jawa, Kirab hingga Jamasan
Tapa Bisu pun memiliki filosofinya tersendiri, yakni keheningan sebagai tanda mendekatkan diri kepada Tuhan sekaligus merenungi segala tindakan dan perkataan yang sudah dilalui.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.