Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Budaya Polowijen Lestarikan Tari Topeng Malang lewat Festival

Kompas.com - 05/08/2023, 18:54 WIB
Nugraha Perdana,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Festival Topeng Malang diadakan di Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang, Jawa Timur, mulai Sabtu (5/8/2023) hingga Minggu (6/8/2023).  Festival ini bertujuan melestarikan tradisi lantaran kampung budaya tersebut dikenal akan Topeng Malangnya.

Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Isa Wahyudi mengatakan, ini kali pertama bagi Kampung Budaya Polowijen menggelar Festival Topeng Malang.

Baca juga:

Di festival ini terdapat lomba mewarnai Topeng Malang untuk murid TK dan SD, lokakarya batik Topeng Malang yang diikuti 20 peserta dari Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Kota Malang, serta lokakarya Topeng Malang berupa seni rupa kayu dan airbrush pada gerabah yang diikuti 15 peserta dari SMK Muhammadiyah 1 Malang.

"Selain itu, ada sarasehan budaya, membedah topik tentang Topeng Malang dengan narasumber Ki Suroso sebagai Ketua DKKM Malang dan Ki Supriyono sebagai Dalang Topeng Malang," kata Isa Wahyudi, Sabtu (5/8/2023).

Sementara itu, kegiatan utama festival ini yakni lomba menari Topeng Malang yang diikuti 80 peserta individu dan 30 kelompok. Total akan ada 110 penampilan tari Topeng Malang esok, Minggu (6/8/2023).

Antusiasme peserta lomba cukup tinggi

Menurut Isa, antusiasme pendaftar yang mengikuti lomba Tari Topeng sangat tinggi. Sebab, perkiraan awal dirinya hanya mampu menarik 40-50 pendaftar dalam kegiatan itu.

"Ada lomba tari Topeng Malang untuk anak-anak, kita lombakan baik yang Topeng Bapang, Sabrang dan lainnya, ini sebagai tes ombak, dan ternyata antusiasnya di luar dugaan," katanya.

Adapun para peserta berasal dari sejumlah wilayah, antara lain Malang Raya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Surabaya. Rata-rata para peserta berasal dari sanggar-sanggar tari di Jawa Timur.

Sebelum mengikuti lomba menari, para peserta diajak mengunjungi makam Mbah Reni yang dikenal sebagai legenda Topeng Malang.

Lomba tari diikuti para peserta dari tingkatan SD dan SMP dengan merebutkan dari juara 1 sampai juara 3, atau tanpa ada juara harapan. Nantinya, para pemenang akan mendapat sertifikat sebagai bekal mendaftar sekolah saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui jalur prestasi.

"Persaingannya ketat, bahkan mulai ada satu, dua peserta yang ingin mengundurkan diri," ujar Isa.

Baca juga: Arak-arakan 1.001 Tumpeng di Malang, Bentuk Syukur pada Bulan Muharram

Untuk penilaian lomba tari Topeng Malang, pihaknya meminta dewan juri mempertimbangkan nilai-nilai seni dan budaya dalam tarian Jawa yakni, wiraga, wirasa dan wirama.

"Kemudian kelengkapan kostum Topeng Malang yang digunakan, diupayakan menggunakan topeng dari kayu atau tidak dari fiber, kasihan perajin-nya kalau fiber, memang murahan fiber," katanya.

Ia menilai saat ini sudah jarang digelar lomba menari Topeng Malang, bahkan di daerah Malang.

"Mungkin pernah antara tujuh-delapan tahun lalu sudah lama. Rata-rata saat ini tari Topeng Malang ketika ikut lomba, dengan tarian lainnya. Dan selama ini rata-rata penari yang membawakan tari Topeng Malang kalah dengan tarian lainnya, karena saya pernah mendampingi anak-anak, seperti itu kondisinya," terangnya.

Baca juga: 10 Wisata Gratis di Malang, Pelajar Bisa Berkunjung Saat Libur Sekolah

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com