KOMPAS.com - Ada destinasi wisata baru di Yogyakarta, yakni MuseumKu Gerabah. Berlokasi di Desa Wisata Kasongan, Bantul, Yogyakarta, MuseumKu Gerabah menyajikan beragam koleksi gerabah dan kerajinan lainnya.
Galeri seni ini, dibangun oleh mendiang Timbul Raharjo, karenanya juga dikenal sebagai MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo.
Baca juga:
Seniman asal Kasongan sekaligus mantan rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini, ingin mengabadikan sekaligus memperkenalkan sejarah Desa Wisata Kasongan yang lekat industri gerabah.
Magistyo Tahun Emas Raharjo, Pemilik MuseumKu Gerabah sekaligus putra mendiang Timbul Raharjo menuturkan, terdapat sekitar 80 hingga 100 koleksi di MuseumKu Gerabah.
Selain gerabah, pengunjung bisa menjumpai kerajinan yang merupakan ciri khas mendiang Timbul Raharjo, seperti replika kuda dan singa yang berbahan dasar alumunium maupun lukisan.
“Jadi, ada koleksi pribadi Pak Timbul dan dari Kasongan yang diambil dari perajin di sekitar,” tuturnya.
Museum seluas 2.000 meter persegi ini, diresmikan pada 8 November 2023 lalu. Pembangunan MuseumKu Gerabah membutuhkan waktu selama tiga tahun, hingga akhirnya dibuka untuk umum.
Saat memasuki area MuseumKu Gerabah, wisatawan akan dibuat takjub dengan desain bangunan yang unik dan estetis. Bahkan, setiap sudut di MuseumKu Gerabah bisa menjadi spot foto yang Instagramable.
Tidak diragukan lagi, sebab semua desain bangunan merupakan karya mendiang Timbul Raharjo sendiri yang merupakan seniman profesional.
“Pak Timbul sendiri, semua desain layout dari Pak Timbul,” kata Magistyo.
Bukan hanya estetik, setiap sudut bangunan di MuseumKu Gerabah sarat makna mengenai gerabah dan Kasongan. Misalnya, wisatawan dapat melihat bongkahan gerabah berbentuk bulat yang ditempel memenuhi dinding bangunan utama.
Magistyo bilang, bongkahan gerabah tersebut dikenal sebagai kreweng dalam bahasa Jawa.
“Kami menyebutnya kreweng, yaitu pecahan-pecahan kecil dari gerabah. Biasanya, kreweng ini dipakai anak-anak desa buat main,” ujarnya.
Saat memasuki area MuseumKu Gerabah, pengunjung juga bisa menjumpai bangunan unik berbentuk bulat. Ternyata, bangunan ini merepresentasikan kendi atau tempat menyimpan air minum yang terbuat dari tanah liat.
“Gedung besar di tengah itu idenya adalah kendi terbalik, karena Kasongan awalnya menggunakan tanah liat untuk alat masak, seperti kendi dan keren atau kompor kayu tradisional,” terangnya.
Baca juga:
Kano Mangrove Baros Yogyakarta, Susur Sungai Sambil Lihat Sunset