BANDUNG, KOMPAS.com - Derap langkah cepat ribuan manusia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta mengiringi gerak rembulan yang tepat berada di ubun-ubun. Dari layar gawai, waktu menunjukan pukul 24.00 WIB.
Rasa kantuk berebut tempat dengan adrenalin yang terus memuncak jelang keberangkatan saya ke Raja Ampat, Papua Barat. Iya, Raja Ampat, daerah bahari yang banyak diimpikan orang untuk dikunjungi.
Saya beruntung lantaran tugas pekerjaan mengantarkan saya ke kabupaten seribu pulau itu pada pekan lalu.
(BACA: Berapa Biaya Wisata ke Raja Ampat ala Backpacker? Ini Perhitungannya)
Sekitar pukul 01.00 WIB, saya bergegas menuju pesawat. Rute perjalanan yang saya tempuh yakni Jakarta-Manado dan Manado-Raja Ampat.
Dari Soekarno-Hatta, saya terbang menggunakan maskapai Batik Air menuju Manado, Sulawesi Utara. Perjalanan menuju Manado memakan waktu sekitar 3 jam. Setelah rehat sejenak di Bandara Sam Ratulangi Manado, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan maskapai Wings Air.
Jika menilik biaya perjalanan jalur udara, rute Jakarta-Manado dengan Batik Air menyedot kocek sekitar Rp 1,3 juta.
Sementara Manado-Raja Ampat dibanderol sekitar Rp 800.000. Harga itu tentu bisa berubah di waktu tertentu.
(BACA: Mau Tahu Sejarah Nama Raja Ampat?)
Rasa lelah selama perjalanan terbayar sewaktu pesawat Wings Air hendak mendarat di Bandara Marinda, Kabupaten Raja Ampat. Gugusan pulau-pulau kecil meretas mata dari bayangan kantuk.
Gradasi warna biru tua dan hijau yang menandakan perbedaan kedalaman laut menjadi tanda perairan wilayah Raja Ampat masih 'perawan' dan jauh dari eksplorasi berlebih.
Udin menyapa dengan ramah, senyumnya merekah. Pria kelahiran Lampung itu bergegas membawa barang bawaan.
(BACA: Cerita Unik Pemandu Wisata Lokal soal Turis Asing di Raja Ampat)