Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kominfo Luncurkan Kampung Batik Siberkreasi Gunungkidul

Direktorat Jenderal (Dirjen) Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menyampaikan, perpaduan batik dan era digital merupakan satu kesatuan dalam kampung siberkreasi. Teknologi dan seni jadi menyambung.

Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan dan mendesain. Sementara keahlian membatik oleh manusia harus tetap dipertahankan.

"Kita ini di era digital art jadi hal yang unik. Teknologi dan seni jadi menyambung, justru yang art kayak gini itu menjadi hal yang unik di dunia digital, mereka haus dengan hal-hal yang kayak gini, jadi memang kita kombinasikan," katanya.

Jika tiap desa mempunyai produk unggulan dengan ciri khas masing-masing maka Indonesia mempunyai 75.000 hingga 80.000 produk unggulan.

Produk-produk batik saat ini, menurutnya telah ada inovasi, baik warna atau yang lainnya sehingga dapat diterima kalangan muda. "Ini adalah salah satu contoh di mana kemajuan teknologi itu harus membawa nilai-nilai kreatif seperti itu yang ditonjolkan," katanya.

"Namun bagaimanapun inilah ciri khasnya batik di Indonesia, yang dikerjakan oleh manusia. Ini menurut saya adalah narasi yang perlu ditambahkan setiap kita menjual batik," ucapnya.

Ketua Kampung Batik Manding Siberkreasi, Guntur Susilo mengungkapkan Kampung Siberkreasi merupakan wujud dari pemikiran lama masyarakat sekitar untuk mengelola batik secara mandiri.

"Saat ini ada 15 rumah yang menyediakan batik yang dikelola oleh koperasi. Kenapa kita menggunakan koperasi karena ingin agar tidak ada persaingan tidak sehat, dan akhir tahun akan diberikan sisa usaha bagi anggota," ucapnya.

Masing-masing rumah juga memiliki desain batik yang berbeda tergantung pemiliknya. Namun yang khas di dusun itu batik. "Jenis motifnya macam-macam, tetapi andalannya motif Manding dan Wonopawiro," sambung Guntur.

Pengurus Kampung Batik Manding Siberkreasi lainnya FX Endro Tri Guntoro menambahkan batik harus mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri.

"Batik harus bersaing dengan merek-merek luar negeri. Menolak produk luar negeri berarti harus memakai produk dalam negeri. Bukan memakai barang luar negeri yang lain," ucapnya.

Pentingnya anak muda turun dalam promosi batik salah satunya dengan memanfaatkan media sosial. "Kita terbuka bagi wilayah lain di Gunungkidul maupun Yogyakarta untuk berkolaborasi memasarkan batik, karena kami juga punya jaringan baik dalam maupun luar negeri," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2018/10/03/132400127/kominfo-luncurkan-kampung-batik-siberkreasi-gunungkidul-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke