Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Populer di Kompasiana: Dari Mencicip Oblok-oblok Daun Kopi hingga Netizen yang Haus Keributan

Dari banyak tempat wisata yang ditulis oleh Kompasianer sepekan ini, ada satu tempat yang menyajikan kudapan unik, yakni oblok-oblok daun kopi. 

Untuk dapat menikmati kudapan khas daerah dan mendapatkan pengalaman liburan yang menyenangkan, tentunya Anda juga harus merekrut rekan berpergian yang seru. Karenanya, kami berikan pula tips untuk mengakali rekan seperjalanan yang tidak kooperatif supaya liburan Anda tak terganggu.

Selain itu, kami sajikan pula cerita menarik lainnya yang populer di Kompasiana selama sepekan terakhir. Simak kiat menyikapi anak yang memiliki teman imajiner dan tips membuat ruang kerja terasa lebih lapang. Berikut adalah 5 artikel utama pilihan Kompasiana:

“Ada kelapa parut, petai cina, teri, buah cepokak, tempe semangit dan bumbu lainnya yang dicampur menjadi satu. Daun kopi muda yang digunakan agak lembut jika dibandingkan dengan daun singkong," ungkap Wahyu Sapta, ketika baru mencoba kudapan tersebut.

Simak penuturan Wahyu Sapta di Kompasiana:

Ada tiga ibu yang menjaga warung Griya Dahar Sinongko. Lalu menawari kami mau makan apa dan disuruh ambil sendiri. Di tempat lapak mereka, tersedia makanan rica-rica ayam, mangut dan belut yang dimasak pedas. Baiklah. Kami mengambil makanan yang ada di sana. Nasi dan lauk yang telah disediakan. Secukupnya saja. Takut nanti tidak habis.

Tiba-tiba salah satu ibu penjualnya bertanya kepada kami, apakah kami mau sayur oblok-oblok daun kopi? Itu menu khas dari warung ini. Lalu saya bertanya, "Loh, memang daun kopi bisa dimasak ya bu? Biasanya kan oblok-oblok dari daun singkong." Mereka menjawab bisa. Tentu saja bukan daun kopi yang sudah tua dan keras, melainkan daun kopi yang masih muda. O, begitu ya? Saya penasaran dan memesan dua porsi. Kalau menu ini, mereka yang mengambilkan.

Jadi kepo nih, bagaimana rasanya.

Oblok-oblok daun kopi, menggunakan bahan-bahan seperti oblok-oblok pada umumnya. Tetapi daun yang dipakai untuk memasaknya adalah daun kopi. Ada kelapa parut, petai cina, teri, buah cepokak, tempe semangit dan bumbu lainnya yang dicampur menjadi sebuah masakan lezat.

"Gimana, bu? Rasanya? Enak, kan?"

Awalnya memang saya ragu. Jangan-jangan nanti pahit. Eh, ternyata tidak. Rasanya enak dan hem, habis deh satu porsi. Daunnya agak lembut jika dibandingkan dengan daun singkong yang agak seret jika dimakan. Wah, ini adalah pengalaman pertama saya merasakan masakan dengan berbahan dasar daun kopi.

Jalan menuju warung ini sudah diaspal, sehingga Anda dapat lebih mudah mengaksesnya. Ikuti perjalanan Wahyu Sapta di Kompasiana. (baca selengkapnya)


2. Netizen Memang Haus Keributan

Setidaknya ada 4 hal yang kerap menjadi pangkal perseteruan di media sosia, yakni (1) polemik polarisasi politik; (2) Polemik kontroversi aparat dan pejabat; (3) Polemik artis/selebriti sosmed; dan (4) Polemik yang diakibatkan oleh gambar atau video.

Warganet memang acap kali haus akan keributan interaksi di linimasa. Namun, supaya energi Anda tak habis, tak semua perseteruan perlu Anda perhatikan. Lantas, bagaimana tips menyikapi segala keriuhan tersebut? (baca selengkapnya)

3. Teman Perjalanan Tidak Menyenangkan, Ini yang Perlu Kamu Lakukan

Pernah terjebak dengan teman perjalanan yang berpotensi merusak liburan Anda? Agenda jalan-jalan yang awalnya dirancang untuk melepas penat pun malah jadi kacau tak keruan.

Jadi apa yang bisa kita lakukan? Apakah perjalanan liburan akan tetap baik-baik saja atau bahkan tambah rumit? Cobalah kiat-kiat ini ketika mengalami hal tersebut, di antaranya tidak ikut mengeluhkan keadaan. (baca selengkapnya)

4. "Open Plan Office", Ruang Kantor Sehat Membuat Staf Lebih Produktif

Kini, banyak perusahaan telah merancang kantornya menjadi ruang kerja terbuka atau konsep yang biasa kita sebut dengan “open plan office”. Format ruangan ini memungkinkan pengguna mengubah tata letak interior sesuai kebutuhan.

Konsep yang juga banyak diadopsi oleh coworking space ini dinilai dapat membuat hubungan antarpekerja menjadi lebih dekat, santai, dan intim sehingga produktivitas meningkat. Selain itu, konsep ini juga membuat tata letak menjadi lebih dinamis, efisien dan ringkas.

"Dari sisi investasi juga lebih rendah dibandingkan dengan membangun kubikal atau ruang-ruang untuk area bekerja karyawan," tulis Gatot Tri. (baca selengkapnya)

5. Anak Anda Punya Teman Imajiner?

Usia seorang anak bisa mulai memiliki teman imajiner itu bervariasi, tetapi pada umumnya ada pada kisaran 3 sampai 5 tahun. BIasanya, anak akan bermain dengan teman imajinernya saat melakukan permainan peran atau simbolik.

Jadi untuk para orang tua, tidak perlu khawatir kalau anaknya tengah asyik sendiri dengan dunianya. Tidak perlu terburu-buku pula langsung membawanya ke psikolog atau psikiater.

"(Seorang) Anak memunculkan teman imajiner pada usia-usia tersebut karena belum mampu memisahkan secara tegas antara dunia nyata dan imajinasi," tulis psikolog Ester Lianawati. (baca selengkapnya)

https://travel.kompas.com/read/2018/11/11/142727227/populer-di-kompasiana-dari-mencicip-oblok-oblok-daun-kopi-hingga-netizen-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke