Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jalan-jalan Sehari Bersama Fadli Zon di Copenhagen

COPENHAGEN, KOMPAS.com - Kamis 25 Oktober 2018, saya mendapat tugas dari Bapak Dubes Indonesia untuk Denmark, M Ibnu Said, untuk mendampingi Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. Rencana sudah disusun sejak pagi, setelah saya berkonsultasi dengan Edison, ajudannya.

Intinya adalah, Pak Fadli, demikian saya memanggilnya, ingin berkunjung ke beberapa museum dan makam orang-orang terkenal di Denmark.

Salah satunya adalah makam Hans Christian Andersen, pengarang buku terkenal abad ke-18 yang cerita-ceritanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, seperti "Little Mermaid" dan "The Ugly Duckling".

Perjalanan bersama diawali dengan mendatangi gedung Parlemen Denmark, menyusuri kanal yang indah, dan angin yang sedikit lebih kencang daripada hari biasa, 9 derajat Celcius. Brrr... Tentu saja, hal itu tidak menghalangi kami untuk berfoto-foto di tempat yang memang memiliki pemandangan menarik.

Setelah itu, kami memasuki Perpustakaan Nasional yang disebut Black Diamond di pinggiran kanal Copenhagen. Pemandangan yang indah serta fasilitas yang lengkap, menyebabkan tempat ini lebih mirip dengan hotel-hotel berbintang daripada suatu perpustakaan.

Pak Fadli terlihat menikmati pemandangan gedung-gedung di sepanjang jalan. Dia menyempatkan membeli beberapa buku tentang Indonesia, serta poster yang dia sukai di toko buku yang ada di perpustakaan Black Diamond ini.

Tujuan selanjutnya adalah makam yang disebut Asistent Cemetery yang terletak di Kecamatan Norebro Copenhagen. Setelah memasuki kompleks makam, ternyata terdapat Makam dari beberapa orang terkenal Denmark di dalamnya.

Di sela-sela perjalanan, kami juga mampir ke Paludan Bogcafe, cafe yang sekaligus menjual berbagai buku, baik yang baru maupun kuno. Makanan yang dijual juga relatif murah dan lezat.

Pak Fadli mengagumi ide pembuatan cafe semacam ini, yang menurut dia bisa ditiru di Indonesia, seperti Jakarta, dan tempat-tempat tujuan wisata lainnya seperti Bali, Yogja, Medan dan kota-kota lainnya.

Pembahasan mengenai berbagai isu populer seperti pendidikan anak-anak muda, berbagai tipe pemimpin dunia, dan obrolan ringan menyertai seruputan kopi yang kami pesan.

Kritikan beliau tentang beberapa kegagalan pemerintah, sebagai parlementarian, disampaikan dengan halus, (mungkin ingat saya seorang aparatur sipil negara, he-he-he). Saya juga tidak kurang menimpali dengan sebatas pengetahuan saya.

Saya sempat bercerita tentang pengalaman bekerja di Noumea, sebuah kepulauan di Pasifik Selatan, menjadi Konsul Muda bagi sekitar 1.000-an WNI dan keturunan Indonesia di sana (periode sebelum referendum kemerdekaan Kaledonia Baru/Koloni Perancis tahun 1998, yaitu 1994-1997).

Selain itu, saya menceritakan beberapa fakta perkembangan baru yang menggembirakan di kawasan Bogcafe ini (Book Cafe) yang bersebelahan dengan Perpustakaan Besar Universitas Copenhagen dan Gereja Kathedral, berada di kawasan yang sering disebut Jewish Zone).

Saya menyampaikan berdasarkan pengamatan, kelompok Yahudi di Denmark berbeda dengan kelompok Yahudi yang sering saya jumpai di Buenos Aires, Argentina, pada masa penugasan saya 2008-2012 di sana.

Di Denmark, identitas original Yahudi tidak tampak, sedangkan di Buenos Aires, potongan rambut, topi dan pakaian mereka masih persis sama dengan yang digunakan dari beberapa ribu tahun yang lalu. Selain suka bercerita, ternyata dia juga pendengar yang baik.

Oh iya, beliau memang memiliki perpustakaan dengan koleksi sekitar 6.000-an buku. Wah, saya jadi terkagum-kagum dengan perpustakaan tersebut.

Ah, itu mengingatkan saya sewaktu masih di sekolah dasar. Ibu saya juga memliki perpustakaan komik dari koleksi HC Andersen, Kho ping Ho, dan novel-novel laris Barbara Cartland di Surabaya, tahun 1970-an.

 Sore berlalu, kami harus sholat Isha. Setelah seharian mengunjungi dua museum, satu perpustakaan, satu kompleks makam, dan sempat mampir makan siang di kedai kebab, dan membeli map kuno di toko barang antik, akhirnya saya mengantar Pak Fadli ke hotel tempatnya menginap.

Jalan-jalan bersama dia, saya jadi melihat sisi lain seorang Fadli Zon yang selama ini lantang berbicara di media massa dan media sosial. Ternyata dia pecinta buku dan sejarah, juga pendengar yang baik... (Joevi Roedyati, Minister Counsellor Kedubes RI di Denmark)

https://travel.kompas.com/read/2018/11/14/123436027/jalan-jalan-sehari-bersama-fadli-zon-di-copenhagen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke