Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Mistis Tiwu Ndeghar Peka, Hanya Ada di Flores Barat

Kisah-kisah mistis yang selama ini hanya diketahui oleh kalangan tertentu dikembangkan menjadi sebuah destinasi sejarah dan budaya.

Indonesia bagian barat sangat lihai menarasikan kisah-kisah mistis masa lalu yang pernah terjadi dan nyata terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bahkan kisah itu dibuat dalam bentuk film dokumenter.

Kebiasaan menarasikan kisah-kisah mistis sangat jarang dilakukan oleh generasi muda di wilayah Manggarai Barat, Flores Barat. Konon, kebiasaan yang sangat menakutkan apabila kisah tragis itu dikisahkan ulang akan memperoleh bahaya.

Ini hanya sebuah kisah dongeng yang tidak memiliki nilai. Kemungkinan zaman itu masih menganut kepercayaan animisme. Namun, hingga era teknologi berkembang saat ini, kisah ini masih tersimpan dengan baik oleh tua-tua adat yang memperoleh kisah mistis tersebut.

Kadang-kadang mereka menuturkannya secara lisan bagi siapa saja yang ingin mengetahui arti dan nama sebuah tempat yang sangat aneh didengar.

Memang nama-nama tempat di wilayah Manggarai Barat, khususnya dan Manggarai Raya umumnya memiliki cerita-cerita mistis yang dituturkan secara lisan dan kadang-kadang menakutkan.

Kemungkinan pola pikir masih belum berubah sehingga kisah mistis itu hanya diketahui oleh kalangan sendiri. Namun, wisatawan asing dan Nusantara yang memiliki minat khusus di dunia antropologi dan sejarah tertantang dengan kisah-kisah mistis tersebut.

Wisatawan yang tertarik di bidang antropologi dan sejarah kuno sangat tertantang untuk memperoleh kisah itu serta akan melakukan penelitian di tempat tersebut. Misalnya, Bali sudah sangat terkenal di mancanegara karena kisah-kisah yang didokumentasi secara tertulis dan dipublikasi secara luas.

Keunikan alam disertakan dalam kisah mistis di Pulau Bali dan mampu mengangkat pulau itu menjadi destinasi wisata internasional. Harmonisasi alam yang dijaga nenek moyang menjadi salah satu kekuatan pariwisata di Pulau Bali.


Kini saatnya di Flores Barat harus berani mengangkat dan mempublikasikan secara luas terkait dengan kisah-kisah mistis yang menantang wisatawan asing dan nusantara untuk menelusuri cerita tersebut.

Di Pulau Jawa, ada kisah Nyi Loro Kidul serta kisah-kisah lainnya sudah melegenda. Dampak lainnya adalah tempat itu menjadi destinasi wisata, apalagi kalau ada ritual adatnya. Di Pulau Sumatera, ada kisah Malin Kundang, yang ada bukti sejarahnya serta di berbagai tempat di seluruh Indonesia.

Untuk itu, inilah kisah Tiwu (kolam) Ndeghar Peka di Kali Wae Impor, di Lembah Ranggu, Kolang, Kecamatan Kuwus Barat. Daerah Aliran Sungai (DAS) Wae Impor memisahkan kampung Ranggu dan sekitarnya serta Kampung Tado dan sekitarnya.

Ketua Dusun Kampung Tado, Desa Ranggu, Barnabas Maja mengisahkan kepada Staf Bappeda Kabupaten Manggarai Barat, Yuvensius Aquino Kurniawan, Jumat (25/1/2019) terkait kisah nama kolam (Tiwu) Peka di Kali DAS Wae Impor. Kisah tersebut diteruskan kepada Kompas.com, Sabtu (26/1/2019).

Sebagaimana dikisahkan Maja kepada Kurniawan bahwa dahulu di seputaran kaki poso kuwus, ada sebuah kampung bernama Welu. Welu dalam bahasa Kolang berarti buah kemiri. Di Kampung Welu itu hiduplah dua orang kakak beradik, kakaknya bernama Ndeghur dan adiknya bernama Ndeghar.


Keduanya adalah perajin tuak nira. Pada suatu hari Ndeghur pergi berkunjung ke kampung tetangga. Saat itu dia menyuruh adiknya Ndeghar menyadap tuak nira. Pergilah Ndeghar dan berhasil menyadap sebanyak satu wadah tuak nira atau satu gogong tuak nira.

Kemudian kembalilah Ndeghar ke rumah dan menyandarkan gogong tersebut di dinding rumah. Namun di luar dugaan datanglah seekor babi dan menumpahkan tuak tersebut. Tibalah kakaknya, Ndeghur di Kampung Welu dan menanyakan tuak nira yang telah disadap adiknya, Ndeghar. Betapa marahnya Ndeghur karena tuaknya ditumpahkan si adik ke tanah.

Si Ndeghur lalu menyuruh adiknya, Ndeghar untuk menggali tanah tempat tumpahnya tuak tersebut. Ndeghar pun terpaksa menggalinya. Setelah sekian dalamnya Ndeghar menggali, sampailah dia di tiwu (kolam) Peka.

Di situ dia bertemu dengan sepasang suami-istri sedang menjaga anak perempuannya yang sakit. Ada pun keluarga kecil Tiwu Peka tersebut adalah belut raksasa atau tuna gendang yang kelihatannya berupa manusia.

Si Ndeghar lalu bertanya anaknya sakit apa. Pasangan tuna tersebut menjelaskan bahwa anak gadis mereka tersangkut kail di lehernya. Lalu Ndeghar berkata kepada kedua pasangan tersebut bahwa dia bisa menolong mengeluarkan kail tersebut namun dengan syarat membantunya mengembalikan tuak nira yang sudah tumpah.


Lalu pasangan ini menyerahkan sebuah kayu wewang yang kelihatannya berupa segogong tuak nira.

Naiklah Ndeghar ke Kampung Welu dan menyerahkan gogong berisi tuak tersebut kepada Ndeghur sambil berkata bahwa dirinya akan kembali dalam lubang dan tinggal di Tiwu Peka, karena kakaknya lebih mementingkan tuak dibandingkan adik kandung.

Ndeghur menunggu Ndeghar namun tidak muncul ke permukaan, karena itu mereka melakukan kenduri atas Ndeghar yang hilang. Ada pun si Ndeghar telah menikah dan memiliki satu anak.

Rupanya acara kenduri tersebut didengar juga oleh Ndeghar. Dia kemudian mengajak istri dan anaknya kembali ke Kampung Welu. Karena Ndeghar muncul kembali, upacara akhirnya diganti menjadi syukuran.

Lalu Ndeghar dan istri kembali bergabung dengan keluarga di Kampung Welu, namun dengan syarat tidak boleh menggoreng biji longa. Namun pada suatu hari seorang ibu tidak sengaja menggoreng biji longa, lalu Ndeghar beserta istri dan anaknya kembali ke Tiwu atau kolam peka melalui sebuah lubang atau rongga dan hidup di kolam tersebut sampai sekarang.


Suku Ndighur tersebut sekarang berdiam di Kampung Tado, Kolang, Flores Barat. Jadi hingga saat ini si adik bernama Ndeghar Peka dijodohkan dengan anak perempuan pasangan tuna gendang di Tiwu Peka tersebut dan tinggal di kolam (tiwu) dan berubah menjadi belut (tuna).

Ini merupakan obyek wisata yang harus dipromosikan dan ditata dengan baik sehingga kisah-kisah mistis ini bisa diketahui oleh wisatawan.

Beberapa tahun lalu mahasiswa UGM Yogyakarta pernah melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ranggu dan mengunjungi kolam tersebut sambil mengumpulkan kisah-kisahnya.

Kepala Dusun Kampung Tado, Maja menjelaskan, di kawasan Lembah Kolang ada begitu banyak kisah-kisah mistis yang berhubungan dengan alam gaib dan makhluk halus.

Untuk itu semuanya harus dipublikasikan secara luas agar orang luar Manggarai Barat mengetahui berbagai kisah-kisah mistis tersebut. Selama ini kisah-kisah itu hanya diketahui oleh orang Manggarai Barat sendiri dan tidak menguntungkan apa-apa.

“Saya berterima kepada Staf Bappeda Kabupaten Manggarai Barat yang mengumpulkan kisah-kisah ini dan menginformasikan hal tersebut kepada media massa," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2019/02/01/211400427/kisah-mistis-tiwu-ndeghar-peka-hanya-ada-di-flores-barat

Terkini Lainnya

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

Travel Update
8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

Jalan Jalan
Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Travel Update
5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

Jalan Jalan
6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

Hotel Story
5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

Travel Tips
3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

Travel Update
Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Jalan Jalan
The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

Travel Update
Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Jalan Jalan
Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Travel Update
Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Travel Update
Kemenparekraf Tegaskan Bali Belum Overtourism, tapi...

Kemenparekraf Tegaskan Bali Belum Overtourism, tapi...

Travel Update
Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Akan Buka Kembali Juni 2024

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Akan Buka Kembali Juni 2024

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke