Kondisi Bali yang sepi ini juga lantaran wisatawan mancanegara (wisman) yang belum bisa datang. Seperti diketahui, pulau Dewata ini merupakan salah satu destinasi favorit wisman di Indonesia.
Kondisi Bali yang sepi saat ini, seolah-olah mengingatkan kondisi pariwisata Bali di era 1970-an.
Menurut Ketua Asita Bali, Ketut Ardana, pada saat itu, pariwisata Bali baru mulai menggeliat dengan ditandai datangnya wisman asal Australia dan beberapa negara Eropa lainnya.
"(Saat itu) sepi, (karena) pariwisata baru mulai menggeliat tahun itu," kata Ketut saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/8/2020).
Ia pun sempat merasakan membawa rombongan wisman asal Australia melalui jalur darat pada era tersebut.
Ia membawa rombongan wisman ke beberapa tempat wisata seperti Kintamani, Besakih, Sangeh, Tanah Lot, Museum Bali, dan Museum Lukisan Ubud.
Tertarik menjajal nostalgia wisata di Bali seperti era 1970-an, berikut Kompas.com rangkum tempat wisatanya.
Jangan lupa untuk memakai kostum pakaian ala 70-an agar liburan nostalgiamu semakin terasa.
Bali tak melulu menawarkan keindahan pantainya. Wisatawan yang berwisata ke Bali, sejak era 1970-an, sudah tak asing mendengar nama daerah Kintamani.
Lokasi ini terletak di dataran tinggi Bali yang tentunya, menawarkan keindahan alam pegunungan disertai udara dingin.
Kintamani berada di ketinggian sekitar 1.500 mdpl dan berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Denpasar.
Kamu bisa merasakan pariwisata Bali di era 1970-an yang masih sepi dengan mengunjungi Kintamani misalnya ke Penelokan.
Tempat ini menawarkan keindahan alam dan suasana tenang Bali. Udara dingin dan daya tarik berupa pemandangan gunung Batur serta danaunya, menjadi perpaduan istimewa yang tak bisa kamu lupakan.
Wisatawan Australia dan beberapa negara Eropa lainnya di era 1970-an, menurut Ketut, memilih tempat yang tenang untuk berwisata, salah satunya Kintamani.
Selain Kintamani, pada era 1970-an, wisatawan juga kerap berkunjung ke daerah Besakih. Mendengar kata Besakih, pasti pikiran akan terfokus pada Pura Besakih yang merupakan salah satu destinasi wajib wisatawan ke Bali.
Pura ini juga sudah menjadi destinasi favorit wisatawan zaman dulu. Hal ini karena daya tarik yang ada berupa pura terbesar dan termegah di Bali.
Wisatawan yang datang juga akan disuguhkan dengan pemandangan estetik yaitu latar belakang Gunung Agung.
Pura ini terdiri dari sebuah pura pusat atau disebut Pura Penataran Agung Besakih dan dikelilingi 18 pura pendamping.
Namun, tempat wisata di Besakih tak hanya Pura Besakih saja, melainkan ada tempat menarik lain yang bisa dikunjungi.
Saat era Instagramable ini, kamu bisa berburu spot foto, misalnya dengan pergi ke Taman Jinja yang dikenal dengan bangunan ala Jepangnya.
Kemudian untuk melihat area persawahan di Besakih, kamu bisa datang ke Bukit Jambul di mana ada sawah terasering yang indah.
Daerah wisata ketiga yang bisa digunakan untuk liburan nostalgia ala wisatawan era 1970-an di Bali adalah Sangeh. Daerah ini dikenal dengan tempat wisata yaitu Sangeh Monkey Forest.
Sudah sejak dulu wisatawan mengenal tempat ini untuk melihat pemandangan hutan dan kera yang jinak.
Wisatawan yang datang pun bisa merasakan bagaimana memberi makan monyet atau kera. Lokasinya berada di Kabupaten Badung, Bali.
Wisatawan zaman dulu juga datang ke tempat ini karena tertarik dengan suhu udara yang sejuk di hutan Sangeh.
Selain itu juga bisa mendapatkan pengalaman berinteraksi langsung dengan kera atau monyet, mulai dari memberi makan, bahkan berfoto dengan mereka.
Selanjutnya, ada wisata Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, Bali. Tempat ini menawarkan pesona Pura Tanah Lot.
Pura ini dikenal memiliki keunikan karena berada di atas batu karang yang besar. Jika laut pasang, pura ini bisa terlihat seakan berada di tengah laut.
Bagi pencinta sunset atau matahari terbenam, lokasi Pura Tanah Lot menjadi salah satu spot yang wajib dikunjungi di Bali.
Pemandangan sunset tak biasa berupa siluet pura akan membuatmu berdecak kagum melihatnya.
Sebelum Covid-19 melanda, Tanah Lot selalu ramai oleh wisatawan dan bisa saja kamu tak bisa menikmatinya karena padatnya wisatawan. Alhasil, kamu butuh waktu terbaik untuk mengunjungi tempat ini jika ingin merasakan ketenangan.
Namun di era pandemi, kondisi Bali yang sepi lantas membuat waktu terbaik tersebut seolah hilang. Kamu bisa mengunjungi Tanah Lot yang sepi dan nostalgia merasakan berwisata layaknya wisatawan era 1970-an.
Wisman asal Australia yang datang di era 1970-an juga sudah tertarik dengan wisata edukasi di Bali.
Menurut Ketut, mereka banyak mengunjungi Museum Bali untuk melihat ragam informasi seputar peradaban masyarakat Bali dari zaman ke zaman.
Melihat situs resmi Pemerintah Kota Denpasar, museum yang berlokasi di Jalan Mayor Wisnu Nomor 1, Dangin Puri, Denpasar Timur, Kota Denpasar ini memang sudah lama berdiri dan dibuka untuk umum pada 1932.
Wisatawan yang datang ke sini akan disuguhkan dengan bukti sejarah sekaligus membandingkan bagaimana perbandingan peradaban masyarakat Bali dari zaman pra sejarah hingga zaman sekarang.
Kamu juga bisa melihat beragam benda koleksi seni bernilai sejarah peradaban dan kebudayaan khas Bali.
Selain itu ada juga koleksi benda atau peralatan yang digunakan manusia zaman pra sejarah, dan properti untuk upacara adat keagamaan.
Museum di Bali berikutnya yang cocok untuk nostalgia ala wisatawan zaman dulu adalah Museum Puri Lukisan Ubud.
Lokasinya berada di Jalan Raya Ubud. Museum ini dikenal sebagai museum pertama di Bali. Ada beragam koleksi lukisan Bali yang bisa dilihat.
Semua koleksi lukisan di museum ini dibagi menjadi tiga era mulai dari masa kerajaan hingga kemerdekaan Indonesia.
Tak hanya melihat koleksi, wisatawan juga bisa belajar tentang aliran seni lukis yang berkembang di Bali.
Selain itu, wisatawan juga bisa berlatih gamelan, melukis tradisional, bermain suling, melukis topeng, membuat wayang dan belajar seni tradisional Bali lainnya.
https://travel.kompas.com/read/2020/08/31/182000327/6-tempat-wisata-untuk-nostalgia-bali-sepi-seperti-tempo-dulu