Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketahui 5 Hal Tentang Mawar, Dugong Langka di Selat Pantar Alor

ALOR, KOMPAS.com - Dugong menjadi hewan langka yang keberadaannya dilindungi karena terancam punah.

Salah satu lokasi yang menjadi habitat mamalia ini adalah Teluk Kabola di kawasan SAP Selat Pantar Alor Nusa Tenggara Timur (NTT).

Wisatawan bisa melihat langsung bagaimana dugong hidup di tengah luasnya hamparan Laut Alor.

Pengamatan dilakukan menggunakan kapal nelayan lokal dengan perjalanan sekitar lima menit dari tepi pantai Mali.

Satu kapal bisa memuat sekitar lima sampai tujuh orang tamu dengan dua orang nelayan pendamping.

Nantinya, nelayan-nelayan inilah yang akan memanggil dugong untuk muncul ke permukaan, menyapa tamu.

Sebenarnya, Mawar (nama panggilan dugong ini), sudah mengenal suara mesin kapal nelayan lantaran berinteraksi setiap hari.

Sebagai mamalia yang bernapas dengan paru-paru, Mawar akan muncul sekali dalam sembilan sampai 10 menit untuk menghirup udara melalui lubang hidungnya ke permukaan air.

Saat inilah pengunjung bisa menyaksikan sosok Mawar yang memiliki panjang sekitar tiga meter.

5 Hal yang perlu diketahui seputar Mawar si dugong

Namun, pengunjung perlu mengetahui sejumlah hal penting berikut ini agar tidak menggangu Mawar dan kunjungan pun tetap aman:

1. Seputar Mawar si dugong

Menurut cerita perintis konservasi sekaligus mitra WWF Indonesia di Alor sejak 2013 One Simuslaa, ia bertemu Mawar pada 1999 bersama satu dugong betina lain bernama Melati.

"Saya bertemu dengan dugong ini sejak 1999. Masih kecil, dua ekor, jantan dan betina. Setiap sore hari saya pulang dari laut, dugong ini selalu mengikuti saya. Begitu hingga tiga hari berturut," kata One Simuslaa kepada Kompas.com, Sabtu (27/8/2022).

Ia melanjutkan bahwa karena ternyata jantan, orang-orang mendambahkan "di", yakni menjadi Mawardi. Namun, panggilannya tetap Mawar.

Sampai sekarang jika One Simuslaa menjulurkan tangan ke lokasi dugong itu, mereka akan muncul dan mencium tangannya. Sejak itulah ia mulai mengasuh dugong. Kini Mawar dan Melati memiliki satu ekor anak dugong jantan yang diberi nama Siska.

Kata One, umumnya masa reproduksi dugong cukup lama. Sebab, mamalia ini hanya akan kawin sekali dalam tiga tahun saja dengan masa kandungan 10 bulan, dan berlanjut masa menyusui.

Adapun satu ekor dugong dewasa bisa menghabiskan sekitar 300 kilogram lamun (rumput laut makanan dugong) dalam satu kali makan untuk satu hari.

2. Jangan menyentuh dugong

Meski dulu wisatawan diperbolehkan menyentuh Mawar, saat ini aturan tersebut sudah dicabut.

"Jangan menyentuh Dugong, tidak boleh. Nanti dugong bisa menarik badan kita ke laut," kata One.

3. Jangan menggunakan flash saat memotret

Wisatawan boleh mengambil gambar Mawar, namun tidak diperkenankan menggunakan flash kamera atau cahaya sejenisnya, sebab ini akan mengganggu ketenangan dugong.

4. Jangan bertindak agresif

One mengatakan bahwa Mawar adalah sosok Dugong yang sedikit sensitif dan mudah tersinggung.

"Kita mungkin bilang dia lucu karena dia muncul dan mendekat, tapi dia itu akan tersinggung dan tidak mau lagi mendekat ke arah kapal, jadi mudah tersinggung," terangnya.

Maka dari itu, wisatawan diminta untuk tenang saja di atas kapal dan tidak berisik saat Mawar muncul.

5. Jangan membuang apa pun di laut

Laut tentunya menjadi habitat bagi banyak makhluk hidup, termasuk dugong di Teluk Kabola ini.

https://travel.kompas.com/read/2022/08/28/170500327/ketahui-5-hal-tentang-mawar-dugong-langka-di-selat-pantar-alor

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke