Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Tradisi dalam Satu Atap

Kompas.com - 17/03/2010, 17:33 WIB

Di sini, hidup mandiri merupakan tradisi yang lumrah. Remaja yang memasuki jenjang pendidikan universitas lazimnya meninggalkan rumah orangtua dan hidup mandiri. Pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri adalah kebiasaan rutin. Sementara di Indonesia, tinggal bersama orangtua meski sudah menikah adalah hal lumrah. Bahkan, banyak orang tua yang sengaja membeli tanah seluas mungkin agar anak-anak mereka tinggal bertetangga dalam satu tanah.

Kebiasaan lain yang sering membuat wanita Indonesia tercengang adalah, cara orang asing menyelesaikan permasalahan. Ketika saya baru datang ke Perancis, saya sering kaget melihat suami saya bersilat lidah dengan keluarga atau kerabatnya. Bahkan adu pendapat dengan ibunya. Dalam hati saya sampai teriak-teriak,  “Ya Allah, kalau saya begitu sudah dianggap anak durhaka!”

Kebiasaan adu pendapat dengan orangtua pun merupakan hal yang wajar di sini. Anak berhak mengemukakan pendapat mereka bila tak setuju, bahkan berhak menolak bila memang bertentangan dengan hati.  Dan, satu hal yang bertolak belakang adalah di Indonesia saya harus menunduk jika orang tua sedang marah. Di sini kebalikannya, harus menatap mata. Menolak menatap mata orang tua malah dianggap melawan atau tak menghargai....wuihhhh beda bener ya?!

Kebiasaan-kebiasaan ini terbawa dalam urusan mendidik anak. Kerapkali persoalannya menjadi pelik dan memicu pertengkaran. Di Indonesia, ada istilah dosa bila melawan orang tua.  Anak biasa dibuat takut dan patuh kepada orang tua.

Jika anak saya, Adam, melakukan kesalahan atau melawan saya kadang saya spontan berkata, “Jangan lagi melakukan hal itu karena itu berdosa.”

“Dosa itu apa, Mah?” Adam balik bertanya, “ Kenapa guru di sekolah enggak pernah bilang kalau Adam berdosa karena membantah?”

Nenek kakek Perancis-nya pun tak pernah mengenalkan tradisi berdasarkan agama. Bila salah ya dinasihati saja berdasarkan logika. Bila keterlaluan ya harus dihukum.

Adam terbiasa melihat orang-orang dekatnya adu urat leher tanpa bermaksud menyakiti hati. Ayahnya sering terlibat pembicaraan dengan orangtuanya dengan nada tinggi. Atau, ia sering mendengar Ayahnya bersama Oomnya mengejek nakal ibu mereka. Tapi, anehnya, ibu mertua saya biasa saja melihat sikap anak-anaknya. Habis bersilat lidah hebat semenit kemudian mereka saling menggoda, bahkan adik ipar saya yang sempat berteriak beberapa menit kemudian sudah memeluk ibunya, seolah tak pernah ada keributan antar mereka sebelumnya.

Dua tradisi

Kepada Adam kami menularkan baik tradisi Indonesia maupun Perancis. Kebiasaan kami berkunjung ke Indonesia juga merupakan sesuatu yang positif. Adam dapat melihat langsung kebiasaan masyarakat Indonesia yang diterapkan ibunya di negeri ayahnya. Di Indonesia Kang Dadang pun akan bersikap sesuai dengan budaya Indonesia. Seperti kata pepatah, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kira-kira begitulah. Mungkin karena itulah Adam tak mengalami kesulitan dalam mengadopsi dua tradisi yang ditularkan kedua orangtuanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com