Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ragam Bersua di Surabaya

Kompas.com - 06/10/2013, 10:06 WIB

Fauzi (36), sang peracik gulai maryam itu, turut tertawa. ”Untuk yang pertama kali mencicipi rasa gulai maryam kami pasti terkaget-kaget. Tak jarang mereka hanya makan tiga-empat suap. Tapi, hampir pasti suatu saat mereka balik lagi,” kata Fauzi meyakinkan.

Jangan salah menyangka, Haji Safili bukanlah peranakan Timur Tengah seperti kebanyakan warga yang bermukim di Ampel. Ia justru orang Sampang yang mengadu nasib di Surabaya dengan berjualan hidangan bercita rasa Timur Tengah di kantong permukiman peranakan Timur Tengah, Ampel. Di warungnya, segala orang dari beragam asal-usul berbaur.

Dalam damainya percampuran budaya bersantap, akulturasi itu tak pernah berjalan searah. Di Depot 7, kedai kecil masakan Timur Tengah yang dirintis Eli Luthfi Bob Said, kami justru disambut menu-menu khas Surabaya, seperti krengsengan kambing, bahkan tahu campur.

Arif (56), adik Eli yang menunggui kedai itu, tertawa karena keheranan kami. ”Nasi kebuli arab, gulai maryam, roti maryam saja juga bisa. Roti maryam kami diolah memakai susu kambing, rasakan sendiri,” katanya menenangkan.

”Kami memang keturunan orang-orang Hadramaut, Yaman Selatan, entah berapa generasi silam. Nenek saya saja sudah peranakan Hadramaut dan Jawa. Kami sudah menjadi orang Indonesia,” tuturnya. ”Jadi saya buatkan tahu campur saja ya? Beda lho,” Arif menantang.

Dengan racikan mi, kecambah, petis, kecap, dan aroma bawang putih yang khas, tahu campur Depot 7 menebar rasa lapar. Tambahan seladanya, juga daging-daging terpilih yang diiris besar-besar, memberikan wujud penyajian yang berbeda.

Kuah yang sedikit memerah oleh minyak cabai dan petis itu harum menggoda. Racikan petisnya pun sedap, dan yang istimewa, daging terbaik yang disajikan dalam tahu campur itu. Hmmmm. ”Jangan salah, kami lebih sering menyantap masakan khas Surabaya daripada gulai maryam,” kata Arif tertawa. (Aryo Wisanggeni Genthong dan Ingki Rinaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com