Apong mendapatkan pasokan escolar dari nelayan laut dalam di perairan Sulawesi dan sekitarnya. Karena sulit didapat, harga ikan ini bisa mencapai jutaan rupiah per ekor dengan ukuran sekitar 2 meter. Di Restoran Apong, sekerat daging escolar ukuran sebesar handphone dijual Rp 60.000.
Pesta ikan belum usai, pukul 23.00, kami makan ikan lagi di sebuah restoran dengan menu ikan bandeng hitam. Selanjutnya, pagi-pagi sekali kami sudah nongkrong di depan warung pallubasa ikan yang belum buka di pojok Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere. Selepas azan subuh, warung itu buka. Warung itu ramai oleh nelayan dan pedagang ikan yang ingin sarapan pallubasa ikan—semacam sup kuning yang ditaburi serbuk kelapa sangrai.
”Sakaw” ikan
Ikan sejak lama menjadi lauk utama masyarakat Bugis-Makassar. Arkeolog dari Universitas Hasanuddin, Iwan Sumantri, menjelaskan, manusia purba yang menghuni sejumlah goa di kawasan karst Maros-Pangkep pun diduga penyantap ikan. Hal itu bisa dibuktikan dari temuan tumpukan sampah dapur yang terdiri dari fosil kulit kerang laut atau sungai dan tulang ikan. Di goa karst itu juga ditemukan lukisan purba berbentuk ikan.
”Lukisan itu bermakna pengharapan. Dengan melukis ikan besar, orang purba berharap dapat menangkap ikan besar untuk makan,” ujar Iwan.
Kebiasaan makan ikan bertahan hingga sekarang. Salah satunya ditunjang oleh melimpahnya persediaan ikan di perairan Sulawesi. Tak heran, orang Makassar seperti Mahmud (50) tampak sakaw jika sehari saja tidak makan ikan. ”Badan lemas rasanya,” katanya. (Budi Suwarna dan Aswin Rizal Harahap)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.