Sekitar 2 jam di tempat ini, saatnya balik ke penginapan untuk makan siang. Makanan selama Anda di Pulau Moyo adalah ikan laut yang masih segar dan baru dimasak. "Makan di sini, setiap hari menunya ikan laut," kata Widijatmoko, akrab dipanggil Erick, pengelola www.pulaumoyo.com.
Seusai makan siang, perjalanan dilanjutkan menuju mata air berikutnya, yakni Mata Jitu di Dusun Brang Kua. Perjalanan tetap menggunakan ojek dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Kondisi jalan menuju Mata Jitu berbatu, penuh tanjakan, dan berdebu. Memasuki hutan, Anda harus turun dan berjalan kaki sekitar 10 menit menuju Mata Jitu.
Mata Jitu lebih alami dari Diwu Mbai. Pasalnya tidak diizinkan mandi di air terjun ini. Menurut Erick, ini merupakan kesepakatan antara pihak Amanwana Resort dengan penduduk di Moyo. Cobalah basahi tangan dan basuhlah wajah Anda dengan air terjun ini. Sungguh segar. Asal Anda tahu, di air terjun Mata Jitu inilah mendiang Putri Diana menyempatkan diri berendam dan mandi ketika berkunjung ke Moyo. Tak heran kalau Mata Jitu disebut juga sebagai Queen Waterfall.
Hari Ketiga
Pagi menjelang. Matahari memancarkan sinarnya. Jika Anda berada di Moyo pada hari Kamis, berbahagialah karena Anda bisa menyaksikan kehidupan warga di pagi hari yang siap-siap menyeberang ke Sumbawa. Pihak Amanwana menyediakan kapal gratis bagi warga Moyo yang ingin bepergian ke Sumbawa. Kapal gratis tersebut mampu mengangkut sekitar 50 penumpang. Kalau bukan warga lokal, dikenakan ongkos Rp 20.000. Namun, penyeberangan gratis itu hanya disediakan setiap Kamis saja.
Setelah sarapan, saatnya kembali ke Sumbawa. Kapal akan melaju menyusuri Amanwana Resort, pantai Brang Sedo, Poto Jarum, Raja Sua, Ai Manis, dan Tanjung Pasir. Keseluruhan pantai-pantai ini berpasir putih dan dengan pemandangan bawah laut yang menawan. Terkadang terlihat kapal phinisi mengantarkan rombongan turis asing ke Moyo setelah kembali dari Labuan Bajo di Manggarai Barat (Flores). Mereka singgah ke Moyo sebelum melanjutkan perjalanan ke Gili Trawangan (Lombok).
Hari Keempat
Usai sarapan, segera kemasi barang Anda dan siap-siap menuju Kota Sumbawa Besar untuk kembali ke Pulau Lombok. Sebelum menuju Bandara Sultan Kaharuddin, masih ada waktu untuk mampir ke Istana Dalam Loka di Kota Sumbawa Besar. Istana Dalam loka merupakan Istana Kesultanan Sumbawa pada masa Sultan Jalaluddin III yang dibangun pada tahun 1885.
Seusai berfoto-foto di sini singgahi pula Rumah Bala Kuning. Rumah ini merupakan rumah kediaman Sultan Muhammad Kaharuddin IV yang dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa ke-17 pada 5 April 2011. Di bala ini tersimpan benda-benda pusaka Kesultanan Sumbawa, seperti mahkota, pakaian kebesaran Sultan, keris, pedang, tombak, dan benda-benda pusaka lainnya yang terbuat dari emas dan perak.
Lantas bagaimana mengenai oleh-oleh atau cenderamata? Saat ini masih sulit mencari oleh-oleh khas Sumbawa di satu tempat atau toko suvenir. Bila suka madu asli Sumbawa, Anda bisa membelinya di Pulau Moyo. Harga per botol Rp 80.000. Kalau Anda menyukai tenun khas Sumbawa bisa diperoleh di Desa Pamulung, Kecamatan Labuhan Badas, sekitar 25 menit perjalanan dari Sumbawa Besar. Harga kain sarung sekitar Rp 300.000 dan syal Rp 100.000. Puas mendapatkan oleh-oleh khas Sumbawa, saatnya untuk segera menuju bandara.