Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para "Perangkai Indonesia" Itu

Kompas.com - 15/01/2014, 13:58 WIB
PARADE Bunga Pasadena yang begitu indah dan megah ditonton beratus juta pasang mata manusia di seluruh dunia. Di belakang itu ada kisah ribuan manusia yang mencurahkan kecermatan dan waktunya untuk melanjutkan tradisi 125 tahun menghias kendaraan bunga.

Pelataran sebuah gudang besar di North Aspan Avenue, Azusa, masih basah oleh sisa malam California. Pekik tawa bocah-bocah yang berlarian di sela-sela bertumpuk-tumpuk bunga lebih menghidupkan suasana ketimbang matahari yang seperti malas menguapkan dinginnya malam.

Keriuhan samar di dalam gudang kerja lebih hidup lagi. Lima kendaraan bunga menyesaki gudang yang seukuran 1,5 lapangan basket. Kendaraan itu dirubung ratusan orang yang sibuk menempelkan aneka bunga. Senin itu, 30 Desember, adalah ”hari gawat” bagi setiap kendaraan bunga yang akan mengikuti parade bunga atau Rose Parade Pasadena pada 1 Januari.

”Ini adalah hari terakhir menghiasi kendaraan. Hari ketika kami harus menempelkan semua kuntum bunga segar sebelum para juri Turnamen Bunga Pasadena menilai kendaraan bunga ini pada Selasa pagi,” kata Scott Dadson (47) yang ”terjepit” di sela-sela penyu belimbing raksasa di ”Wonderful Indonesia”, nama kendaraan bunga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Dengan cermat ia menyematkan kacang putih di sepanjang garis mulut penyu belimbing yang wajahnya sudah begitu hidup dan apik oleh ratusan butir kacang coklat yang lebih dulu disematkan Dadson.

”Saya seorang pendeta,” katanya sambil tertawa ketika ditanya berapa lama dia bekerja sebagai penghias kendaraan bunga. Dia baru saja selesai melayani umat merayakan Natal di Covina, permukiman yang berjarak sekitar 7 kilometer dari gudang kerja Artistic Entertainment Services (AES).

KOMPAS/ARYO WISANGGENI GENTHONG Kendaraan Bunga Indonesia.
Sejak 26 Desember, setiap hari ia menghias kendaraan bunga yang cantik oleh dua komodo raksasa, orangutan, penyu belimbing, belasan ikan dan terumbu karang, dan sepasang menara pura Bali. Sepuluh tahun menjadi sukarelawan kendaraan bunga membuat Dadson menyandang pin Detail Crew, yakni sekelompok sukarelawan yang menggarap sentuhan akhir setiap kendaraan bunga, menyematkan bunga basah dan pernak-pernik detail yang membuat komodo, penyu, ikan dan terumbu karang kaya warna bak hidup.

Membayangkan Indonesia

Dadson belum pernah ke Indonesia dan belum pernah melihat penyu belimbing. Begitu pula kebanyakan anak belasan tahun yang membantunya menghias penampang kendaraan bunga ”Wonderful Indonesia” itu. Mereka pun tak pernah memilih untuk menghias ”Wonderful Indonesia” karena penempatan sukarelawan diacak oleh panitia Turnamen Bunga Pasadena.

Begitu tahu harus menggarap ”Wonderful Indonesia, Dadson pun menjelajah mesin pencari Google dan mengumpulkan foto berbagai binatang dan terumbu karang untuk kendaraan bunga.

”Ini kendaraan bunga yang luar biasa, saya bisa membayangkan indahnya Indonesia,” kata Dadson memandang garapannya.

”Memang indah, saya pernah ke Indonesia,” kata Vishal Tandon (16), pelajar Centennial High School di Compton yang sedang bertugas menyuplai segala macam rajangan kelopak bunga, sayur, dan parutan kelapa untuk menghias ”Wonderful Indonesia”.

Seperti Dadson, Tandon tak memilih untuk menghias ”Wonderful Indonesia”. Ia begitu girang menjadi satu dari sedikit pelajar di kelompoknya yang tahu di mana Indonesia.

Joan, teman baru Tandon, yang sedang menaburkan oat coklat muda ke hamparan lem di dinding ”Wonderful Indonesia”, menyimak cerita Tandon. ”Jakarta memang macet, tetapi tempat belanja yang menyenangkan,” kata Tandon tertawa.

KOMPAS/ARYO WISANGGENI G Penonton bermalam di jalanan untuk memperoleh posisi yang pas.
Perbincangan soal Indonesia dibumbui kegaduhan canda belasan anak-anak muda itu. Belasan anak muda dan orangtua mereka duduk di papan-papan kayu yang ditaruh di atas perancah besi (steger) menghias sepasang komodo, menara pura, orangutan, dan rerimbunan pohon kelapa yang sedang dibuat para sukarelawan.

”Kami, para sukarelawan, berasal dari sekolah yang berbeda. Masing-masing anak mendaftarkan diri untuk menjadi sukarelawan lalu panitia akan mengacak pembagian kerja kami,” kata Tandon.

Perancang ”Wonderful Indonesia”, John Ramirez, menyebut tradisi menghias kendaraan bunga menjadi ”waktu emas” para orangtua dan anak-anaknya. ”Mereka duduk berbincang seharian, berdiskusi sambil menghias kendaraan bunga. Perbincangan seharian itu langka terjadi di hari biasa. Banyak yang memiliki ingatan masa kecil tentang menjadi sukarelawan penghias kendaraan bunga dan mewariskan tradisi itu kepada anak mereka,” ujar Ramirez.

Tradisi yang juga menempa kerja sukarelawan, bukan sekadar kerja asal atau sambil lalu. Selasa pagi, pukul 06.00, ”Wonderful Indonesia” telah indah terparkir di pelataran gudang kerja AES, tetapi Dadson masih sibuk. Terbaring di atas papan-papan kayu di atas perancah besi, ia menyematkan bunga-bunga terakhir ”Pantai Pulau Derawan”.

Sepanjang jalan

Tradisi panjang Tournament of Roses berawal dari parade kereta kuda berhias bunga yang digelar Valley Hunt Club pada 1 Januari 1890. Pasadena, yang berada di belahan pantai barat Amerika Serikat, memiliki kemewahan berupa cahaya matahari yang tetap hangat di tengah musim dingin akhir tahun.

Persis 125 tahun silam, para anggota klub berburu itu menggelar turnamen beragam permainan musim panas. Mereka mengajak para tetangga baru dari pantai timur Amerika Serikat, yang selalu bersalju saat musim dingin, bermain balap kereta kuda, balapan lari, dan polo. Keindahan aneka bunga yang tetap bermekaran di Pasadena pada 1 Januari 1890 membuat para warga menghias kereta kuda mereka dengan ratusan bunga mekar.

Sejak 1895, kereta kuda berhias bunga mulai dilombakan. Sejak saat itu pula tradisi perayaan tahun baru resmi berjuluk Turnamen Bunga Pasadena. Hingga kini, turnamen itu hidup oleh tradisi sukarelawan. Sebanyak 935 sukarelawan utama bekerja lebih dari 80.000 jam sebagai panitia Turnamen Bunga Pasadena ditambah ribuan warga yang menjadi sukarelawan penghias kendaraan bunga peserta parade 1 Januari 2014.

Sejak 31 Desember 2013, ribuan warga dari berbagai penjuru Pasadena, Hollywood, dan Los Angeles bermalam dalam dinginnya malam pergantian tahun, berderet-deret di kiri-kanan Jalan Colorado Boulevard yang panjangnya sekitar 11 kilometer. Di sela-sela panggung duduk penonton berbayar, ribuan keluarga, dan kawanan sahabat menggelar tenda, menyalakan perapian, dan tidur di kursi yang dibawa dari rumah untuk ”menduduki” tempat gratis terbaik bermodal baju hangat, kantong tidur, dan semangat.

KOMPAKOMPAS/ARYO WISANGGENI G Para pelajar yang menjadi sukarelawan menghias kendaraan bunga ”Wonderful Indonesia” di sebuah gudang kerja di Azusa, California, Amerika Serikat, 30 Desember 2013.
Tepat pukul 08.00, parade kendaraan bunga dimulai dan ”Wonderful Indonesia” benar-benar memukau warga. Dengan kecepatan sekitar 5 kilometer per jam, ”Wonderful Indonesia” dan 43 kendaraan bunga lainnya menyapa warga mulai dari pagi hingga tengah hari. Warga berebut memotret ”Wonderful Indonesia” dan sepuluh penari berbaju parade kontemporer di kiri kanan kendaraan yang mendapat Director’s Trophy dalam Turnamen Bunga Pasadena.

”Lihat itu, nak, itu naga, naga komodo,” kata seorang ibu yang menggendong anaknya menonton parade melintasi simpang Colorado Boulevard dan Allen Avenue. Sang anak terperangah dan berseru girang melihat sepasang komodo itu. Dadson, Tandon, Joan, dan para sukarelawan ”perangkai Indonesia” entah ada di mana. Namun, Rabu pagi itu mereka pasti bangga melihat ”Wonderful Indonesia” dielukan warga. (Aryo Wisanggeni G)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com