Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Bambu Pembawa Berkah

Kompas.com - 28/07/2015, 12:19 WIB
Murah melimpah

Joko diuntungkan oleh bahan limbah tebangan pohon bambu yang cukup melimpah saat ini. Bahan antara lain didapat dari lahan yang akan digunakan sebagai areal properti di Malang dan sekitarnya. Bisa dikatakan relatif murah. Untuk satu truk, bonggol berikut limbah bambu lain dibeli dengan harga Rp 150.000. Belakangan seiring dengan permintaan pasar, Joko tidak hanya menggunakan bonggol bambu, tetapi juga ranting dan daun bambu kering.

Ia menggunakan akar bambu jenis ori dan petung. Pertimbangannya, bambu ori mempunyai serat yang kuat dan bertekstur rapat, sedangkan petung mempunyai tekstur yang lebih besar. Keduanya bisa dimanfaatkan untuk jenis kerajinan yang berbeda. Untuk meja dudukan patung, Joko memerlukan bahan bonggol pohon kopi dan jati.

Joko yang lulusan STM itu mengaku otodidak soal kerajinan akar bambu. Namun, ia mempunyai kegemaran menggambar sejak kecil. Bakat itulah yang membantunya membuat rancangan produk. Dalam penggarapan kerajinan bonggol bambu itu, peran Joko sebagai perancang sangat vital. Ia tidak menggunakan rancangan produk yang tetap. Materi bonggollah yang akan menuntun imajinasinya membuat rancangan. Bentuk serigala, harimau, naga, topeng dengan beragam ekspresi, serta patung primitif semua tergantung dari kondisi bonggol yang sangat variatif bentuknya. Serabut dan akar bambu menjadi inspirasi tersendiri bagi Joko.

Pilihan usaha kerajinan bonggol bambu itu muncul secara tidak sengaja. Bapak dari empat anak itu sebelumnya bekerja di perusahaan penjualan otomotif. ”Suatu kali saya melihat bonggol bambu di pinggir Kali Metro, Malang. Saya lihat-lihat bentuknya kok seperti scorpion,” kata Joko.

Dari bonggol itu ia kemudian membuat rancangan produk kerajinan dan menjualnya ke perusahaan pembuat kerajinan. Ternyata, desain produk bikinan Joko itu laku dijual. Terpikir olehnya kemudian untuk memproduksi sendiri produk kerajinan berbahan limbah bambu. ”Orang lain saja bisa menjual desain yang saya buat, masak saya enggak bisa,” kata Joko mengenang.

Maka, sejak tahun 2000 Joko memberanikan diri keluar dari pekerjaan lama sebagai manajer cabang perusahaan travel. Kini usahanya melibatkan keluarga. Istrinya, Catur Widiati, berperan sebagai manajer keuangan, sementara anaknya, Intan, menangani pemasaran. Ternyata limbah menjadi berkah bagi Joko dan orang-orang yang terlibat dalam produksi kerajinan. (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com