Jika tak sempat membawa makanan, penonton mencari makan di sekitar arena pacu kuda. Warung-warung itu menyediakan berbagai makanan khas Aceh, Padang, hingga Mandailing. Juga tersedia pakaian yang dijual pedagang dari Medan. Selain makanan dan pakaian, penonton dapat membawa anaknya bermain di berbagai wahana yang mengepung arena pacu kuda. Arena pacu kuda seolah berubah menjadi taman bermain raksasa.
Koordinator Teknis Pacuan Kuda Tradisional Gayo, Badi Silat, memperkirakan, jumlah pedagang dan penyedia wahana mainan mencapai 900 orang. Adapun perputaran uang tak kurang dari Rp 500 juta per hari di awal pertandingan, dan Rp 1 miliar per hari pada dua hari terakhir.