Setiap perahu belang memuat sekitar 30 pendayung. Untuk menjaga keseimbangan dan memacu semangat bagi para pendayung, salah seorang peserta dari setiap tim ditugaskan khusus untuk menabuh tifa. Bunyi tifa yang ditabuh itu berfungsi sebagai aba-aba bagi para pendayung untuk mempercepat laju perahu dan juga menjaga irama dan gerak pendayung.
Pantauan di lapangan, setelah dilepas oleh Gubernur Maluku Said Assagaf, 11 perahu ini langsung tancap gas dan saling kejar mengejar. Dalam lomba itu perahu dari Desa Haria, Kecamatan Saparua berhasil finish di posisi pertama diikuti tim perahu belang dari Desa Noloth dan tim perahu belang dari Desa Porto.
Lomba yang dibuka Gubernur Maluku ini turut disaksikan langsung pejabat dari Kementerian Pariwisata serta sejumlah pejabat Pemprov Maluku. Lomba yang diselenggarakan setiap tahun itu juga disaksikan puluhan ribu warga Kota Ambon di sepanjang pesisir pantai di Kota bertajuk "Manise" itu.
Banyaknya warga yang menyaksikan lomba itu membuat jalan-jalan di sepanjang pantai Kota Ambon mengalami kemacetan. Namun kemacetan hanya berlangsung sesaat. “Kegiatan ini merupakan salah satu agenda tahunan untuk mempromosikan pariwisata di Maluku,” kata Said.
Sebelumnya direncanakan lomba tersebut akan diikuti oleh 65 tim perahu belang dari sejumlah desa di Maluku. Namun saat perlombaan hanya 11 perahu belang saja yang ikut dalam lomba tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.