Penonton terbahak-bahak oleh polah jenaka para penarinya yang megal-megol, kostum penuh bulu yang meliuk-liuk lucu. Supadi, ketua panitia Festival Lima Gunung XIV yang juga warga Dusun Mantra, semringah melihat kekompakan anak-anak muda Mantran bergoyang.
”Kalau tarian ’Jaran Papat’, itu tradisi sakral. Kalau tarian ’Topeng Ireng’, ya kreasi baru, oplosan bermacam-macam, khusus untuk Festival Lima Gunung,” kata Supadi tertawa.
Dari tahun ke tahun, Festival Lima Gunung memang jadi ajang adu gengsi dari dusun-dusun di kaki lima gunung. Sepanjang 15-17 Agustus 2015 lalu, sedikitnya sepuluh dusun di kaki-kaki Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, dan Menoreh saling mengadu suguhan tari dan tetabuhan. Bukan cuma mengadu gengsi di antara sesama ”dusun nggunung”, mereka juga ingin unjuk gigi mengimbangi penampilan 20 lebih pertunjukan seniman profesional yang turut memeriahkan Festival Lima Gunung XIV.