Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus "Pembangunan Semesta", Angkutan ke Tangkahan yang Penuh Drama

Kompas.com - 18/05/2016, 11:35 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

"Kau jangan macam-macam ya, ini orang kita juga. Jangan kau begitu kan. Bisa rusak semuanya! Ongkosnya Rp 25.000. Kalau orang bule tak apa-apa!" ujar laki-laki paruh baya yang ternyata sopir bus.

"Kalau kau mau minta ongkos rokok, biar saya yang beri! Jangan minta mereka!," ujar sopir.

Suasana bus memanas, semua penumpang sampai pejalan kaki ditrotoar juga menonton drama antara saya dan teman-teman, sopir bus, serta laki-laki yang ia sebut sebagai preman. Adegan ini mengingatkan saya akan sinteron Indonesia yang penuh drama.

Akhirnya adegan penuh drama selesai setelah oknum tersebut diusir oleh sopir ke luar bus. Tetapi setelah saya bayar uang ongkos tiga orang dengan lembaran Rp 100.000 ke kenek bus, kembaliannya tak pernah saya dapatkan. "Diambil sama orang tadi," lapor kenek bus yang masih remaja ke sopir bus.

Drama masih berlanjut, menumpang bus "Pembangunan Semesta" ternyata memiliki cerita yang unik. Di tengah perjalanan, bus sering berhenti untuk menaikkan penumpang.

Mulai dari anak sekolah, orang tua dengan anak kecil, sampai pedagang kelontong. Misalnya saja saat seorang ibu menghentikan bus dan berkata, "Tunggu sebentar saya mau bawa beras dan ikan".

Ya, berasnya berkarung-karung dan ikannya ada di keranjang. "Beras saya jatuh ke jalan," katanya.

Ada lagi jika bus sudah penuh sesak, anak sekolah yang laki-laki entah pengorbanan atau karena sensasi menantang adrenalin, naik ke atap bus. Saat bus berhenti dengan rem mendadak semua penumpang di atap bus akan berteriak seru bercampur ngeri. Padahal saat bus kosong, anak-anak sekolah ini juga tak niat beranjak turun dari atap bus.

Total perjalanan yang saya habiskan untuk sampai ke Tangkahan dengan bus ini adalah 4,5 jam, melalui jalan berkontur mulus dan berbatu, lebar serta sempit, hujan dan tandus.

Lelah memang, tetapi saya menikmati perjalanan tersebut. Sopir dan kenek bus sangat informatif, penumpang ramah, dan tak ada tukang asongan atau pengamen yang memaksa.

Dari perjalanan ini saya melihat sisi Indonesia yang lain, di mana infrastruktur pedalaman masih sangat minim dan masyarakat majemuk Indonesia yang penuh kisah. Semua dari atas bangku bus "Pembangunan Semesta"...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com