Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ngubek Leuwi" di Muara Cipasarangan

Kompas.com - 04/09/2016, 14:10 WIB

Cipasarangan yang semula jernih berubah menjadi coklat karena membawa lumpur dan material lain dan merendam perkampungan di daerah alirannya. "Saya sedih sekali. Sungai yang dulu banyak lubuknya, menjadi dangkal dan kotor," kenang Iip Sarip.

Dari peristiwa itu, budayawan yang juga staf pengajar Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini berpikir bagaimana cara menggerakkan masyarakat untuk mengembalikan lebatnya hutan di hulu Cipasarangan.

Penyuluhan kepada masyarakat terkait pentingnya kelestarian alam dirasakan tidak efektif karena latar belakang pendidikan sebagian besar warga tidak memadai. Akhirnya, ditemukan cara untuk mengumpulkan warga, yakni menggelar hiburan tradisional berlabel Festival Pasarangan.

Dalam festival itu digelar aneka kesenian tradisional mulai pencak silat dan musik tradisional, seperti terbang (rebana) gembrung atau terbang sejak. Agar warga aktif berpartisipasi, digelar atraksi ngubek leuwi di Sungai Cipasarangan.

Leuwi yang diubek-ubek untuk mencari ikan dengan tangan kosong itu dipilih yang agak luas tetapi tidak terlalu dalam. Kebetulan lubuk itu berada di bawah jembatan jalur Jabar selatan, tidak jauh dari tempat bermuaranya sungai itu di Samudra Hindia. Setelah "dihitung" oleh para sesepuh Cikelet, ngubek leuwi harus diselenggarakab pada setiap hari kedua Lebaran.

Acara itu digelar di aliran Sungai Cipasarangan, Desa Cikelet, di kawasan pantai selatan Kabupaten Garut. Penyelenggaranya adalah anak-anak muda Cikelet yang tergabung dalam Rumah Budaya Cipta Kreatif Lintas Talenta (CKLT) dan Yayasan Pagar Cipasarangan, Cikelet.

Kawin "cai"

Iip Syarip menjelaskan, gagasan festival muncul enam tahun lalu karena didorong oleh keprihatinan atas rusaknya hutan di hulu Sungai Cipasarangan. Melalui ritual ini diharapkan muncul kesadaran warga akan pentingnya memelihara sungai.

Ngubek leuwi berarti harus ada ikan. Ikan baru akan hidup jika air sungai itu bersih dan terjamin ketersediaannya. Semua itu bisa terjadi jika kawasan hutan di hulunya terjaga dengan baik.

Kegiatan ngubek leuwi selain membentuk ruang silaturahim budaya, juga sebagai ruang penyadaran bagi seluruh warga akan pentingnya memuliakan lingkungan, terutama sumber air. Pergelaran seni rakyat disertakan sebagai upaya pelestarian seni tradisi yang selama ini tergerus zaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com