DERAWAN, KOMAS.com - Warga Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, terus saja menyambut wisatawan. Penginapan pun semakin banyak bertambah di sana.
"Sepengelihatan saya ada 6 pembangunan penginapan baru di tahun ini. Ada juga yang menjorok ke laut," kata Basri, seorang warga Derawan, Sabtu (17/9/2016). Basri adalah bekas pegawai di kantor kepala kampung Derawan.
Wisatawan ke Derawan memang terus bertumbuh. Dinas Pariwisata dan Budaya Berau mencatat 5.130 wisatawan lokal dan 190 wisatawan mancanegara menginap di Derawan sepanjang 2016 ini.
Tak heran pembangunan penginapan semakin banyak. Setidaknya ada 30 penginapan maupun kelas losmen yang bercokol di sana. Kebanyakan dikelola sendiri oleh warga, beberapa dikelola investor dari luar Derawan.
Fasilitas di sana lumayan baik. Kamar ada yang pakai AC. Tak sedikit yang menggunakan kipas angin. Padahal, tanpa AC, ruang inap rasanya begitu panas. Harga per kamar ada yang Rp 300.000 hingga Rp 1 juta-an per malam.
"Orang bule banyak yang suka dengan kipas angin," kata Agus Setiyono, warga Derawan dari Solo, Jawa Tengah.
"Saya menyewakan kamar dari saat masih harga awal Rp 7.500 per kamar hingga sekarang Rp 300.000 pakai AC," sambung Agus.
Menurut Basri, penginapan berkembang cepat menjelang PON 2008. Derawan dan Tanjung Batu menjadi lokasi pertandingan bola voli pantai dan pertandingan layar. Rumah-rumah warga disewa untuk atlet dan official.
Waktu itu, lanjut Basri, 100 rumah disewa sebagai homestay. Bila sekarang, rata-rata kamar rumah di sana Rp 150.000 - Rp 200.000 per malam, tergantung fasilitas. "Sekarang setelah pembenahan sana sini (homestay) belum banyak berkurang," kata Basri.
Cemas Dampak Maratua
Tersirat cemas pada dampak perkembangan Maratua di hati beberapa warga Derawan bila bandara udara jadi dibuka di Maratua. Disparbud Berau mencatat 139 wisman dan 656 wisatawan lokal menginap di Maratua sepanjang 2016 ini.
Jumlah wisatawan pun bakal berkurang drastis yang berimbas pada menurunnya penghasilan penginapan-penginapan yang jadi andalan mereka. "Kami perkirakan akan terjadi tiga atau lima tahun mendatang," kata Basri.
"Kenapa bandara tidak di Tanjung Batu. Luasnya Tanjung Batu seperti itu, kok malah pilih membangun di Maratua," kata Basri.
Tanjung Batu adalah salah satu kampung di kecamatan Pulau Derawan menjadi satu-satunya daerah transit menuju obyek wisata Pulau Derawan dan pulau-pulau lain di sekitarnya, seperti Maratua, Sangalaki, Kakaban, dan Bakungan dan lain-lain. Penginapan tentu sayang telah dikembangkan tapi terancam terbengkalai. "Dampak yang pasti akan terjadi. Hanya tinggal menunggu saja," kata Agus.
Agus mengatakan, mesti ada sentuhan pemerintah agar semua terbenahi dengan baik. Derawan bisa tersisih lama kelamaan. Potensi bawah lautnya bisa jadi hanya kenangan suatu waktu nanti.
Belum lagi sejumlah tantangan Derawan adalah sampah kiriman dari darat, pengelolaan sampah dan limbah di Derawan sendiri yang belum maksimal. Termasuk kreatifitas dan UKM warga dalam menyambut wisatawan.
"Sekarang, bisa sudah terkikis 30 meter ke dalam di sekeliling pulau ini. Bisa dilihat dari berapa banyak kelapa yang sudah tumbang," katanya.
Semua menjadi tantangan bila ingin Derawan jadi salah satu unggulan pariwisata Berau. "Harus ada sentuhan pemerintah. Lihat penginapan-penginapan semakin banyak. Perlu pengaturan dari pemerintah," kata Agus.
*****
Ingin merasakan cantiknya alam dan budaya Yogyakarta? Ikuti kuis "Take Me Anywhere 2" yang diadakan KompasTravel bersama Oppo. Cukup klik link berikut untuk mengikuti kuis tersebut: Mau Liburan Gratis di Yogyakarta? Ikuti Kuis "Take Me Anywhere 2"
Pemenang akan mendapatkan kesempatan liburan gratis yang seru ke Yogyakarta selama tiga hari dua malam. Hadiah sudah termasuk tiket pesawat, transportasi lokal, hotel, konsumsi, dan beragam aktivitas seru selama di Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.