Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Berpetualang di Tanah Hikayat Ujung Barat Pulau Jawa

Kompas.com - 15/11/2016, 20:23 WIB
Sri Noviyanti,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi

Meski begitu, Irma mengaku tak menyesal memilih kawasan ini sebagai tujuan wisata keluarnya. Pantai Tanjung Lesung sudah jadi incarannya sejak pertama kali rencana piknik itu muncul.

Setiba di sana, dia pun langsung berhadapan dengan pantai berpasir putih dengan pemandangan Gunung Anak Krakatau seperti yang dia bayangkan. Tiket masuknya pun cuma Rp 40.000 per orang.

“Ternyata ada yang kayak gini di Banten. Suka!” kata Irma.

Menata destinasi kelas dunia

Tantangan yang paling mengemuka untuk Tanjung Lesung memang jarak yang terasa jauh. Data Kementerian Pariwisata menyebutkan wisatawan yang datang ke sini pada 2015 mencapai 400.000 orang.

Pada 2016, target yang dipatok untuk jumlah kunjungan adalah 650.000 orang. Dengan perencanaan dan pengembangan yang tepat, pada 2019 angka itu diharapkan melejit menjadi 3,5 juta orang, dengan separuh di antaranya diperkirakan menginap.


Pembenahan pun dimulai. Rancangannya akan mengadopsi konsep mixed development yang antara lain menyediakan resortgolf course, hotel, theme park, dan residential.

Terobosan yang dipakai untuk mempercepat persiapan Tanjung Lesung adalah membangun homestay di kawasan ini. Sayembara Arsitektur Nusantara 2016 pun menjadi salah satu ajang untuk mendapatkan desain yang pas untuk rumah tinggal tersebut di sini.

Saat malam pengumuman pemenang sayembara, Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan hasil lomba ini tak akan berhenti menjadi pajangan.

"Saya ingin nanti karya-karya mereka (para pemenang sayembara) diabadikan dalam desain arsitektur nusantara di 10 top destinasi yang akan dibangun homestay,” kata Arief, Selasa (25/10/2016).

Pilihan menggunakan dan mengembangkan desain arsitektur nusantara untuk destinasi prioritas, ungkap Arief, juga bertujuan melahirkan ikon-ikon desain bangunan dan infrastruktur lingkungan yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia.

”Desain yang mampu mengikuti tuntutan modern, tetapi tidak meninggalkan keunikan dan kearifan lokal budaya setempat,” ungkap Arief.

Ketua Dewan Juri Sayembara Desain Arsitektur Nusantara 2016 Yori Antar menyatakan, selama ini arsitektur nusantara dikesankan sebagai model bangunan kuno yang hanya layak masuk musem.

Namun, lanjut Yori, sayembara ini mendapati karya para peserta memperlihatkan arsitektur nusantara bisa pula tampil artistik dan tidak terkesan tua.

“Dan (rancangan) itu semua nantinya tidak dimiliki oleh investor real estate, tetapi dipunyai oleh masyarakat sebagai homestay,” kata Yori, seperti dikutip dari situs web Kementerian Pariwisata.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com