Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narasi Jati Diri Kampung Asli

Kompas.com - 09/05/2017, 05:38 WIB

Setiap bulan, perajin mampu memenuhi pesanan berkisar 500-1.000 tas. Dari pesanan itulah, perajin bisa mendapatkan omzet hingga di atas Rp 15 juta per bulan.

Lurah Sarirejo Ismadi mengatakan, di kampung ini terdapat lebih dari 60 perajin tas. Tas yang diproduksi beraneka macam, mulai dari tas rajut, tas kulit, hingga tas penyimpan sepatu.

Tidak heran saat melintasi rumah-rumah warga, jika pintunya terbuka akan terlihat 3-4 mesin jahit beserta mesin obras di ruang tamu atau ruang keluarga.

Promosi kampung

Untuk meningkatkan daya tarik produk tas Sarirejo, Ismadi berinisiatif mendorong warga melukis mural di tembok-tembok kampung. Ia mengeluarkan uang sendiri dan memberikan insentif bagi beberapa warga yang mau melukis. Mereka bergabung dengan anak-anak muda kampung.

Mural yang muncul lebih menonjolkan lukisan perajin tengah membuat tas. Ada pula yang melukis aneka macam tas sebagai ciri khas produksi warga kampung tersebut.

Tidak mau kalah dengan kampung sebelahnya, warga Kelurahan Kebonagung juga melukis mural di tembok-tembok kampungnya. Warga kampung ini dikenal sebagai pembuat racikan isi dan kulit lumpia.

Lukisan mural di kampung ini menggambarkan proses membuat isi lumpia, dari rebung hingga udang. Digambarkan pula proses pembuatan kulit lumpia yang berbahan dasar tepung beras. Namun, ada pula lukisan keindahan alam di sela-selanya.

Batik Tengah, Leduwi, dan Kebonagung termasuk kampung-kampung asli di Semarang.

Dalam buku "Kota Semarang Selintas Pandang: 100 Foto Kota Semarang Lama dan Baru" (1993), Jongkie Tio bertutur, pusat Kota Semarang tempo dulu berada di sekitar wilayah Kota Lama, Pasar Johar, Masjid Agung Kauman, dan bekas alun-alun yang kini berubah menjadi pusat perbelanjaan Pasar Yaik dan Kanjengan. Kawasan tersebut maju ditopang aktivitas ekonomi di dalamnya.

Sekian lama, pamor kampung-kampung asli ini terbenam akibat terus-menerus dilanda banjir limpasan air laut atau rob. Kini, saatnya kampung-kampung lama tersebut berbenah. Lokasinya yang berada di lingkaran dalam daerah destinasi wisata Kota Lama sangat memungkinkan menjadi daerah tujuan wisatawan lokal ataupun asing.

Terlebih, Kota Lama yang dipenuhi gedung-gedung tua era kolonial Belanda kini terus bersolek menuju Kota Warisan Dunia yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Jika kampung-kampung di sekitarnya ikut dipercantik, niscaya pelancong bakal lebih betah berlama-lama menikmati romansa kota di pesisir Jawa ini. (WINARTO HERUSANSONO)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2017, di halaman 9 dengan judul "Narasi Jati Diri Kampung Asli".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com