Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soekarno, Penggemar Berat Lukisan

Kompas.com - 06/08/2017, 18:06 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Soekarno dalam kunjungan kenegaraan di Rusia tahun 1956 pernah diajak mengunjungi Museum Tretakovskaya, Moskow. Belum puas melihat karya seni koleksi museum tersebut, Soekarno minta diantar ke gudang koleksi museum.

Dari gudang tersebut Soekarno jatuh cinta pada satu lukisan. Lukisan tersebut berukuran 295 x 450 cm, karya pelukis terkenal abad ke-19, Konstantin Egorovick Makovsky. Lukisan tersebut memang luar biasa indah, menceritakan momen perkawinan adat Rusia.

Sang Proklamator yang terpincut akhirnya meminta lukisan tersebut ke Presiden Kruschchev, dan berhasil. Atas nama rakyat Rusia lukisan tersebut dijadikan hadiah kepada Indonesia. Kini lukisan dipajang di dinding Istana Bogor.

Mengangkat tema Senandung Ibu Pertiwi, pameran lukisan koleksi Istana Negara kembali digelar pada 2 - 30 Agustus 2017 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.KOMPAS.COM/LISA VIRANDA Mengangkat tema Senandung Ibu Pertiwi, pameran lukisan koleksi Istana Negara kembali digelar pada 2 - 30 Agustus 2017 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.

Cerita tersebut berasal dari sepenggal artikel yang diceritakan oleh Guruh Soekarno Putra. Tak hanya kisah tersebut, lukisan hadiah rakyat Rusia tersebut juga dapat dilihat di pameran Senadung Ibu Pertiwi meski dalam versi LED. Sebab lukisannya sendiri telah berusia 125 tahun dan tak memungkinkan diboyong di Galeri Nasional.

Kecintaan Soekarno terhadap karya seni, khususnya lukisan, memang luar biasa. Bukan itu bukan kali pertama Soekarno meminta lukisan kepada kepala negara lain.

BACA: Sosok Soekarno di Balik Pameran Lukisan Senandung Ibu Pertiwi

Presiden pertama RI ini juga pernah meminta lukisan karya pelukis terkenal Meksiko, Diego Rivera yang berjudul 'Gadis Melayu dengan Bunga'.

Sebenarnya lukisan tersebut dilindungi oleh Undang Undang Meksiko, dan tak diperbolehkan dibawa keluar Meksiko. Entah jurus rayuan apa yang Soekarno beri kepada Presiden Meksiko saat itu, pada akhirnya lukisan Rivera saat ini menjadi koleksi Istana RI.

Di sebelah kanan kurator Mikke Santoso adalah lukisan karya Diego Rivera dengan judul Gadis Melayu dengan Bunga.Kompas.com/Silvita Agmasari Di sebelah kanan kurator Mikke Santoso adalah lukisan karya Diego Rivera dengan judul Gadis Melayu dengan Bunga.

Selain pemburu lukisan, Soekarno sendiri sebenarnya bisa melukis. Salah satu karyanya yang terkenal adalah lukisan potret perempuan bertajuk 'Rini'.

"Soekarno mulai melukis sejak kuliah, pada tahun 1926 saat usianya 25 tahun. Lukisan pertamanya kecil-kecil seukuran kertas HVS dari cat air. Seumur hidupnya, ia membuat belasan lukisan dan karikatur. Salah satu lukisannya ada di rumah pengasingannya di Ende," kata Mikke Susanto, kurator pameran Goresan Juang Kemerdekaan, pada Senin (1/8/2017) di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.

BACA: Gunakan LED sebagai Medium, Lukisan Ini Sita Perhatian Pengunjung

Hal yang pasti, karena kecintaan Soekarno terhadap karya seni, ia dinyatakan sebagai kepala negara dengan koleksi lukisan terbanyak di dunia. Semasa hidupnya, Soekarno mengoleksi 2.800 buah lukisan.

Kini lukisan koleksi Soekarno yang rata-rata menjadi koleksi Istana Republik Indonesia dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Setiap Agustus, bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan RI, beberapa koleksi lukisan Istana RI diboyong ke Galeri Nasional.

Tahun 2016 ada 28 lukisan koleksi Istana RI yang dipamerkan di Galeri Nasional dalam tajuk 'Goresan Juang Kemederkeaan'. Kini di tahun 2017, pameran bertajuk 'Senandung Ibu Pertiwi' dipamerkan 48 lukisan koleksi Istana RI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com