Pesta Adat
Mattojang digelar dalam berbagai kegiatan pesta adat tertentu seperti perayaan pesta panen, perayaan pernikahan atau menyambut kelahiran seorang bayi. Biaya pelaksanaan Mattojang lazimnya dipungut dari sumbangan sukarela masyarakat petani dan sumbangan para donatur atau perusahaan.
Untuk menjamu para tamu terutama warga suku Bugis dari luar daerah yang sengaja datang menyaksikan ritual dan hiburan pesta panen petani biasanya disuguhkan makanan dan minuman.
Petani bahkan kerap memotong sapi hingga beberapa ekor untuk menjamu dan memuliakan para tamu yang datang secara berombongan terutama dari luar darerah. Warga luar daerah yang ingin menyaksikan permainan Mattojang tidak perlu repot membawa bekal makanan dan minuman, sebab tamu yang datang sudah disiapkan jamuan makan dan minum.
Syukur, panitia Mattojang menjelaskan, tahun ini selain mengundang warga dari berbagai daerah juga mengundang pejabat daerah. "Bukan hanya warga atau tetangga kampung yang diundang. Hari ini Bupati Pinrang juga diundang dalam acara Mattojang," kata Syukur.
Seperti tradisi pesta petani ini, setiap tamu yang datang tentulah dijamu layaknya menjamu tamu-tamu di rumah. Makan dan minum disiapkan. Dan tuan rumah pun bangga kedatangan tamu. Pesta pasca panen ini sendiri juga menjadi ajang silaturrahmi warga dan sesama petani.
"Maaf, hanya orang-orang tua dahulu (to riolo) yang paham cerita dan asal usulnya," ujar Syukur.
Sebelum acara puncak Mattojang digelar yang biasanya dihadiri sejumlah pejabat seperti bupati dan gubernur, acara pra Mattojang dimulai sekitar dua pekan sebelum acara puncak.
Waktu dua pekan tersebut biasanya dihadiri ratusan bahkan ribuan warga dari berbagai daerah. Sebagian datang untuk sekadar menyaksikan kemeriahan pesta adat petani tersebut, namun juga sebagian ikut bermain Tojang.
Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Suku Bugis masuk ke nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan "Ugi" merujuk pada raja pertama Kerajaan China yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi.
Suku Bugis bahkan juga berkembang pesat di perantauan termasuk di luar Sulawesi Selatan bahkan hingga ke Malaysia. Suku Bugis di perantauan berkembang pesat tanpa melupakan adat dan tradisi mereka. Tak heran jika adat istiadat dan tradisi permainan suku Bugis seperti Mattojang dan Padendang tumbuh dan tetap lestari di perantauan.
Belakangan Mattojang tidak hanya bermakna ritual persembahan kepada dewa namun juga sebagai hiburan dan ajang silaturrahmi antar-petani terutama pasca panen raya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.