Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mattojang, Hiburan dan Ajang Uji Keberanian ala Petani Bugis

Kompas.com - 25/09/2017, 18:15 WIB
Junaedi

Penulis

KOMPAS.com – Tradisi Mattojang atau permainan ayunan raksasa, tingginya bisa mencapai 15 meter. Permainan ini tak hanya menjadi ajang ritual pemujaan atau persembahan kepada manusia pertama dalam kepercayaan mitologis Bugis, tapi juga bermakna hiburan dan ajang uji nyali dan keberanian ala Suku Bugis.

Tak heran jika kampung komunitas Bugis yang terpencar di berbagai kabupaten di Pulau Sulawesi hingga ke pulau lain bahkan mancanegara, biasanya lebih mudah dikenal daerah asalnya karena nyali dan keberanian penduduknya bermain ayunan.

(BACA: Berburu Makanan Manis, dari Mata Kebo sampai Lapek Bugis!)

Acara puncak Mattojang yang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017), berlangsung meriah.

Pesta petani pasca panen raya ini tidak hanya dihadiri sederet pejabat kabupaten seperti bupati dan kepala dinas, namun juga dihadiri ribuan warga dari berbagai desa bahkan tetangga kabupaten berkumpul menggelar permainan Mattojang sambil uji nyali dan keberanian.

(BACA: Sensasi Segar Menyantap Nasu Palakko di Pinrang)

Tak heran jika pesta panen yang biasanya dimeriahkan dengan permainan Mattojang dan Padendang atau seni menumbuk lesung dengan irama tertentu diikuti dengan tarian dan pertunjukan seni bela diri Pamanca, juga menjadi ajang wisata budaya yang selalu ramai dikunjungi warga serta turis mancanegara.

Acara Mattojang yang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017). Tradisi Mattojang, tidak hanya menjadi ritual penghormatan kepada asal usul Suku Bugis namun juga bermakna sebagai hiburan dan ajang uji nyali keberanian ala petani Bugis.KOMPAS.com/JUNAEDI Acara Mattojang yang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017). Tradisi Mattojang, tidak hanya menjadi ritual penghormatan kepada asal usul Suku Bugis namun juga bermakna sebagai hiburan dan ajang uji nyali keberanian ala petani Bugis.
"Seperti biasanya banyak rombongan wisatawan asing sengaja mampir untuk menyaksikan Mattojang dan Padendang. Bahkan ada turis yang sempat ikut uji nyali Mattojang juga, meski tak berani menuntaskan permainannya karena takut," kata Paci, petani setempat.

Sejarah Mattojang

Dalam tatanan linguistik Bugis, Mattojang berasal dari kata "tojang" yang berarti ayunan. Secara kutural dalam masyarakat Bugis istilah Mattojang diartikan sebagai permainan berayun atau berayun-ayun.

(BACA: Manatika, Taekwondo Tradisional Asal Timor Tengah Utara)

Permainan Mattojang tidak terlepas dari sebuah mitos yang diyakini oleh masyarakat Bugis, bahwa mattojang merupakan proses turunnya manusia pertama yaitu Batara Guru dari Botting Langi’ (Turunnya Batara’ Guru dari Negeri Khayangan ke Bumi).

Batara’ Guru dalam mitos kebudayaan Bugis adalah nenek dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah ayah dari La Galigo, tokoh mitologi Bugis yang melahirkan mahakarya yang sangat monumental dan termahsyur di dunia yakni kitab La Galigo.

Menurut petani setempat, Ahmad, pesta petani Mattojang dan Mappadendang dulunya digelar pada pasca panen sebagai bentuk perghormatan kepada leluhur Bugis, namun belakangan digelar sekali setahun.

Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017). Tradisi Mattojang, tidak hanya menjadi ritual penghormatan kepada asal usul Suku Bugis namun juga bermakna sebagai hiburan dan ajang uji nyali keberanian ala petani BugisKOMPAS.com/JUNAEDI Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017). Tradisi Mattojang, tidak hanya menjadi ritual penghormatan kepada asal usul Suku Bugis namun juga bermakna sebagai hiburan dan ajang uji nyali keberanian ala petani Bugis
Ritual Mappadendang yang semula sebagai bentuk penghargaan terhadap leluhur Suku Bugis, belakangan lebih banyak menonjolkan unsur hiburan dan permainannya.

"Pesta Mattojang juga menjadi ajang silaturahim antar-petani. Saat pesta digelar di tempat inilah biasanya para petani mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi termasuk menentukan jadwal turun sawah," kata Ahmad.

Menurut kepercayaan masyarakat Bugis, prosesi turunnya Batara Guru dari Kayangan yakni dengan menggunakan Tojang Pulaweng yang berarti ayunan emas. Mitos ini pun kemudian berkembang dan menjadi bagian dari prosesi adat.

Sebagai salah satu cara untuk menjaga kelestarian kepercayaan ini maka dibuatlah permainan adat Mattojang yang kemudian berkembang menjadi permainan rakyat.

Cara Membuat Tojang atau Ayunan Raksasa

Untuk membuat permainan Mattojang dibutuhkan minimal empat hingga enam pohon pinang atau batang bambu besar (bambu betung) atau yang tingginya kira-kira 10-15 meter.

Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017). Tradisi Mattojang, tidak hanya menjadi ritual penghormatan kepada asal usul Suku Bugis namun juga bermakna sebagai hiburan dan ajang uji nyali keberanian ala petani BugisKOMPAS.com/JUNAEDI Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017). Tradisi Mattojang, tidak hanya menjadi ritual penghormatan kepada asal usul Suku Bugis namun juga bermakna sebagai hiburan dan ajang uji nyali keberanian ala petani Bugis
Mendirikan ayunan atau pattojang batang pinang yang tingginya mencapai 15 meter bukan perkara mudah.

Diperlukan keberanian dan nyali petani untuk merakit dan mengikat pertemuan tiga batang pohon pinang yang telah ditanam di kedua sisi bentangan ayunan. Kedua pilar ayunan berjarak sekitar 10 meter tersebut dihubungkan dengan bentangan pohon pinang atau bambu di bagian atas.

Pilar ayunan yang ditopang dengan tiga batang pinang di masing-masing sisi ayunan yang dipasang dalam posisi berbentuk segitiga. Pada bentangan inilah dipasang tali ayunan yang biasanya dibuat dari kulit kerbau yang telah dikeringkan dan dianyam membentuk tali.

Namun saat ini pemakaian tali ayunan dari kulit kerbau makin sulit didapat. Oleh karena itu sebagian tali ayunan menggunakan rantai besi.

Tahap selanjutnya adalah membuat Tudangeng atau dudukan. Tudangeng dibuat dari papan atau kayu kapuk sebagai tempat duduk orang yang akan bermain ayunan.

Acara Mattojang dan Padendang atau seni menumbuk lesung dengan irama tertentu digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).KOMPAS.com/JUNAEDI Acara Mattojang dan Padendang atau seni menumbuk lesung dengan irama tertentu digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).
Di bagian bawah tempat dudukan dipasang Peppa yakni sebuah tali yang berfungsi sebagai alat penarik, saat pertama kali pemainan akan menguji nyali bermain ayunan pada ketinggian 15 meter.

Dalam tradisi Bugis, seseorang yang hendak bermian ayunan di atas tudangeng terlebih dahulu harus mengenakan baju bodo. Setelah itu barulah ia bisa ditojang atau diayun.

Tak hanya pemain ayunan yang sudah teruji keberanian dan nyalinya boleh bermain tetapi penonton yang hadir di tempat itu juga bisa ikut ikut uji nyali Mattojang secara secara bergiliran.

Peppa ditarik oleh dua orang laki-laki atau perempuan untuk mengayunkan orang yang duduk di atas Tudangeng. Untuk mengayunkan seorang pemain tojang, dibutuhkan minimal dua hingga empat orang paddere yang menarik tali hingga pemain tojang bisa berayun hingga di ketinggian.

Paddere yang kuat mengayunkan pemain sering kali membuat pemain berayun hingga melebihi ketinggian bentangan tempat tali ayunan dipasang.

Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).KOMPAS.com/JUNAEDI Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).
Pesta Adat

Mattojang digelar dalam berbagai kegiatan pesta adat tertentu seperti perayaan pesta panen, perayaan pernikahan atau menyambut kelahiran seorang bayi. Biaya pelaksanaan Mattojang lazimnya dipungut dari sumbangan sukarela masyarakat petani dan sumbangan para donatur atau perusahaan.

Untuk menjamu para tamu terutama warga suku Bugis dari luar daerah yang sengaja datang menyaksikan ritual dan hiburan pesta panen petani biasanya disuguhkan makanan dan minuman.

Petani bahkan kerap memotong sapi hingga beberapa ekor untuk menjamu dan memuliakan para tamu yang datang secara berombongan terutama dari luar darerah. Warga luar daerah yang ingin menyaksikan permainan Mattojang tidak perlu repot membawa bekal makanan dan minuman, sebab tamu yang datang sudah disiapkan jamuan makan dan minum.

Syukur, panitia Mattojang menjelaskan, tahun ini selain mengundang warga dari berbagai daerah juga mengundang pejabat daerah. "Bukan hanya warga atau tetangga kampung yang diundang. Hari ini Bupati Pinrang juga diundang dalam acara Mattojang," kata Syukur.

Seperti tradisi pesta petani ini, setiap tamu yang datang tentulah dijamu layaknya menjamu tamu-tamu di rumah. Makan dan minum disiapkan. Dan tuan rumah pun bangga kedatangan tamu. Pesta pasca panen ini sendiri juga menjadi ajang silaturrahmi warga dan sesama petani.

Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).KOMPAS.com/JUNAEDI Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).
Syukur, generasi Bugis mengaku tidak lagi paham sejarah dan asal usul tradisi Mattojang dan Mappadendang. Yang jelas kegiatan rutin ini digelar petani setiap tahun secara turun temurun.

"Maaf, hanya orang-orang tua dahulu (to riolo) yang paham cerita dan asal usulnya," ujar Syukur.

Sebelum acara puncak Mattojang digelar yang biasanya dihadiri sejumlah pejabat seperti bupati dan gubernur, acara pra Mattojang dimulai sekitar dua pekan sebelum acara puncak.

Waktu dua pekan tersebut biasanya dihadiri ratusan bahkan ribuan warga dari berbagai daerah. Sebagian datang untuk sekadar menyaksikan kemeriahan pesta adat petani tersebut, namun juga sebagian ikut bermain Tojang.

Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Suku Bugis masuk ke nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.

Penamaan "Ugi" merujuk pada raja pertama Kerajaan China yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi.

Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).KOMPAS.com/JUNAEDI Acara Mattojang digelar Komunitas Suku Bugis di Madimeng, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palateang Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (25/9/2017).
La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Keturunan mereka kemudian berkembang pesat dan tersebar tidak hanya di wilayah Sulawesi seperti Sidrap, Luwu, Wajo, Sengkang, Kalili, Buton dan berbagai daerah.

Suku Bugis bahkan juga berkembang pesat di perantauan termasuk di luar Sulawesi Selatan bahkan hingga ke Malaysia. Suku Bugis di perantauan berkembang pesat tanpa melupakan adat dan tradisi mereka. Tak heran jika adat istiadat dan tradisi permainan suku Bugis seperti Mattojang dan Padendang tumbuh dan tetap lestari di perantauan.

Belakangan Mattojang tidak hanya bermakna ritual persembahan kepada dewa namun juga sebagai hiburan dan ajang silaturrahmi antar-petani terutama pasca panen raya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Travel Update
Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com